(Capsicum
annum var grossum L.)

Sejarah Singkat
Sama dengan
jenis cabe lainnya, paprika berasal dari Meksiko, Peru dan Bolivia. Pada tahun
1493 Columbus membawa bijinya ke Spanyol dan dari negara ini menyebar ke
berbagai penjuru dunia termasuk ke Indonesia.
Sentra Penanaman
Umumnya paprika diproduksi
oleh petani modern dengan luas tanam yang tidak terlalu besar. Sebagian menanam
paprika dengan sistem hidroponik. Paprika telah berhasil dibudidayakan di Jawa
Barat (Lembang, Cipanas, Bogor, Garut, Cisarua dan Sukabumi) dan Sumatera Utara
(Brastagi). Tidak ada data mengenai luas areal tanam dan produksi di Indonesia.
Jenis Tanaman
Klasifikasi botani tanaman paprika adalah:
a) Divisi : Spermatophyta
b) Sub divisi : Angiospermae
c) Kelas : Dicotyledonae
d) Keluarga : Solanaceae
e) Genus : Capsicum
f) Spesies : Capsicum annuum var. grossum (L)
Sendt.
Paprika yang dikenal antara
lain: merah, kuning dan jingga sampai ungu. Paprika hijau adalah paparika yang
belum tua sebelum berubah warna. Varitas yang banyak ditanam adalah Marengo,
New ace, Takii ace, Wonder bell dan Jumbo sweet. Varitas paparika kuning yang
banyak ditaman adalah Gold Flame (panen 3,5-8 bulan produksi optimal 2,5
kg/tanaman), paprika merah Spartacus (panen 8 bulan 2,5 kg/tanaman) dan Oranye
DRD 3233 (panen 3,5-8 bulan 2,5 kg/tanaman).
Manfaat Tanaman
Paprika dapat
dimakan segar sebagai pencampur salad atau dimasak sebagai bumbu atau bahan
utama dalam suatu masakan.
SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
a. Suhu udara optimum adalah 16-25 derajat C,
maksimal pada 30 derajat C.
b. Curah hujan yang dibutuhkan
oleh tanaman ini antara 600-1.250 mm/tahun. Hujan yang terlalu banyak
menyebabkan buah rontok. Tanaman paprika sangat responsif terhadap air,
keperluan air paprika dewasa adalah 0,5 liter/hari.
c. Kelembaban udara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan sekitar 80-90%.
Media Tanam
a) Jenis tanah yang baik adalah tanah lempung
berpasir.
b) Tanaman ini akan tumbuh
subur pada tanah ringan yang subur, mengandung humus, tidak tergenang.
d) Untuk paprika yang di tanam di kebun dibutuhkan
kelerengan lahan 0-10 derajat.
Ketinggian Tempat
Karena benih
paprika di Indonesia didatangkan dari negara subtropis, paprika ditanam di
dataran menengah-tinggi berkisar antara 700-1.500 m dpl. Walaupun dapat tumbuh
sampai 2.000 m dpl. tanaman ini tidak tahan terhadap embun beku (frost).
Penanaman di dataran rendah dapat dilakukan dengan sistem rumah kaca yang
terkontrol atau dengan naungan plastik untuk menghindari teriknya sinar
matahari yang berlebihan.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Saat ini di
Indonesia paprika umumnya ditanam dengan sistem hidroponik. Karena itu
pembahasan teknis budidaya akan dibagi dua bagian yaitu budidaya konvensional
dan hidroponik.
Pembibitan
Benih paprika harus berasal
dari buah tanaman induk yang sekat dan murni. Buah yang diambil bijinya harus
berbentuk sempurna, tidak cacat, bebas hama penyakit serta kelopak buah tidak
pecah. Dapat juga biji dibeli dari distributor/kios yang sudah dipercaya.
Budidaya Konvensional
Persemaian dilakukan di
bedengan dengan lebar 1-1,2 m dan tinggi 10 cm. Tanah bedengan dicangkul 30-50
cm ssebanyak 2-3 kali. Pada pencangkulan kedua tanah dicampur dengan pasir dan
pupuk kandang (2:1:1). Benih ditabur di atasnya dan bedengan diberi naungan
setinggi 80 cm di sisi barat dan 100 cm di sisi timur. Setelah 1 bulan bibit
(tinggi 10-15 cm) dipindahkan ke bumbung dari daun pisang dengan media tanam
yang sama dengan di atas. 1-2 minggu kemudian bibit telh berdaun 5 helai dan
siap ditanam ke kebun.
Budidaya Sistem Hidroponik
Media semai terdiri atas
pasir gunung, sekam bakar, kompos dan pupuk kandang (1:1:1:1) yang disterilkan
dengan pengukusan pada suhu udara 90 derajat C selama 2-3 jam atau dengan
otoklaf pada tekanan 1,5 lb., suhu udara 121 derajat C selama 15 menit.
a.
b. Wadah persemaian berupa
baki plastik 24x30 cm tinggi 5 cm. Benih ditabur dengan kerapatan 500
benih/baki, tutup benih dengan media kering yang diayak. Baki ditutup dengan
kertas tisu yang harus tetap basah, dan ditempatkan di tempat gelap dengan suhu
25-30 derajat C dan kelembaban 70-85%. Satu minggu kemudian kertas tisu dibuang
dan baki dipindahkan ke rumah kaca pembibitan.
c. Pada hari ke 9 bibit
paprika dipindahtanamkan ke polibag pembibitan dengan diameter 7-10 cm dan
tinggi 6-7 cm. Polibag berisi media yang sama dengan media semai.
d. Bibit dipindahkan ke pertanaman setelah berumur
28-30 hari sejak semai.
Pengolahan Media Tanam
Budidaya Konvensional
Lahan penanaman dicangkul
sedalam 30 cm sambil membersihkan lahan dari akar-akar dan gulma serta
batu-batu. Setelah itu dibuat bedengan dengan lebar 90 cm, tinggi 20 cm
di
tegalan pada musim kemarau dan lebar 120 cm, tinggi 40 cm di tegalam pada musim
hujan atau di tanah bekas sawah. Jarak bedengan 40-60 cm.
Lubang tanam
dibuat sedalam 15-20 cm dengan diameter 10-15 cm. Di dalam bedengan terdapat 2
lubang tanam dengan jarak antar baris lubang tanaman 45 cm di musim kemarau dan
55 cm di musim hujan atau di tanah sawah.
Pupuk dasar yang diberikan adalah:
a. Untuk budidaya dengan mulsa
plastik hitam perak: 1 kg pupuk kandang, 35 gram ZA, 15 gram urea, 15 gram TSP,
17,5 gram KCl untuk setiap lubang yang diletakkan di lubang tanam 3-7 hari
sebelum tanam.
b. Untuk budidaya tidak
menggunakan mulsa plastik: 10-15 ton pupuk kandang, 100 kg urea, 200-300 kg TSP
dan 100-200 kg KCl untuk setiap ha yang diberikan saat pengolahan dan
penggemburan tanah.
Naungan dalam bentuk rumah
plastik harus dibuat jika paprika ditanam di musim hujan. Rumah plastik dapat
berupa bangunan dengan dua atap yang bertingkat atau dengan satu atap yang
dibuat lebih tinggi di sisi timur. Rumah plastik juga dapat dibuat berbentuk
kubung. Tinggi rumah plastik 2-2,5 meter.
Budidaya Sistem Hidroponik
a. Media tanam yang terbaik,
mudah didapat dan termurah adalah sekam padi yang dibakar sampai hangus,
berwarna hitam tetapi belum mengabu.
b. Larutan nutrisi paparika untuk hidroponik
menurut Saung Nirwan Bogor adalah:
1. Stok A: 0,918 liter KNO3,, 21,6 kg Ca(NO3)2 ,
378 gram Fe(DTPA).
2. Stok B: 0,783 liter H2PO4,
17,064 kg KNO3 , 9,99 kg MgSO4, 45,9 gram KH2PO4, 64,8 gram boraks, 5,4 gram
CuSO4, 3,24 gram NaMoO4.
3. Stok C: 145 gram urea.
Masing-masing
stok dilarutkan dalam 90 liter air dan ditempatkan dalam wadah bervolume 100
liter. Waktu hendak digunakan, ketiga stok dicampurkan (masing-masing 1 liter)
larutkan dengan air dalam tangki sebanyak 297 liter. Campuran harus diaduk
dengan rata.
c. Rumah Plastik dalam sistem
hidroponik diperlukan dua macam, yang berfungsi untuk pembibitan dan penanaman.
1. Pembibitan: jika areal
tanam luas, rumah plastik berukuran 5 x 6 m2 dengan tinggi 2-2,5 m. Bagian
dalam dilengkapi rak atau meja pembibitan setinggi 50-60 cm dan lebar 75-80 cm.
2. Penanaman: rumah plastik
hidroponik hampir sama dengan rumah plastik penanaman di tanah. Lantai
sebaiknya disemen, bedengan dibuat setinggi 5-10 cm dan lebar 80-90 cm. Jika
tidak disemen (berlantai tanah), bedengan berupa rak bambu yang dilapisi
plastik hitam/putih tinggi 30-40 cm dan lebar 80-90 cm. Jarak antar bedengan
70-80 cm.
3. Sistem irigasi: pemberian
air yang bersamaan dengan nutrisi dilakukan secara manual atau dengan irigasi
tetes. Sistem irigasi tetes terdiri atas pompa penarik air dari dalam tanah
(sumber air), pompa distribusi larutan hara, pompa pengaduk, tangki penampung
larutan nutrisi dan penyaring. Kapasitas pompa penampung larutan nutrisi
umumnya berkapasitas 3.000 liter. Distribusi larutan hara ke tanaman melalui
pipa penyalur yang bercabang menuju tanaman.
teknik Penanaman
Budidaya Konvensional
Bibit di dalam polibag disiram
sampai lembab. Polibag dipotong dan dibalikkan sambil menyangganya dengan
tangan. Bibit diambil bersama dengan medianya dan dimasukkan ke dalam lubang
tanah dan ditimbun, pangkal batang harus rata dengan permukaan tanah.
a. Sterilisasi rumah plastik
Dilakukan satu minggu
sebelum tanam. Lantai semen disemprot formalin 40% Yang diencerkan dalam air
sampai konsentrasinya 2 ml/liter. Jika di dalam rumah kaca telah ada tanaman
lain, sterilisasi dilakukan dengan larutan KI 2 gram/liter. Rumah plastik
berlantai tanah disterilkan dengan menyemprokan herbisida.
b. Menyusun polibag
Di atas satu bedengan
terdapat dua baris polibag dengan jarak antar baris 35-40 cm dan jarak dalam
baris 40-45 cm. Pada musim kemarau jarak dapat dirapatkan. Lalu pipa irigasi
(Outlet stick) ditancapkan pada media.
c. Pindah tanam
1. Bibit diletakkan di sisi polibag untuk
penyesuaian cuaca.
2. Siram media tanam sampai basah dengan larutan
hara sebanyak 2 liter.
3. Cabut outlet stick dan keluarkan dari media.
4. Lubangi bagian tengah media dan tambahkan
karbofuram 1g/polibag.
5. Siram bibit dan keluarkan
bibit beserta medianya dengan cara membelikan polibag bibit sambil menyangga
bibit dengan tangan.
6. Masukkan bibit ke lubang tanam, rapatkan media
di sekitar batang.
7. Pasang kembali outlet stick.
Pemeliharaan Tanaman
Budidaya Konvensional
a. Penyulaman
Kematian tanaman sampai 2
minggu pertama dapat mencapai 16%, bisanya disebabkan oleh hama-penyakit.
Tanaman sulaman berasal dari pembibitan bila penyulaman dilakukan pada berumur
< 1 minggu atau tanaman yang telah ditanam di dalam polibag besar bila umur
tanaman > 1 minggu setelah tanam.
b. Penyiangan
Penyiangan yang
lebih intensif dilakukan pada pertanaman paprika tanpa mulsa plastik.
c. Pemupukan
1. Pupuk daun, disemprotkan
1-14 hari sekali, untuk fase vegetatif berupa Gandasil D atau Vitabloom leaf
tonic dan untuk generatif berupa Gandasil B atau Vitabloom Bloosom Booster.
2. Urea, untuk pertanaman yang
tidak menggunakan mulsa sebanyak 50 kg/ha pada 10, 24 dan 40 hari setelah
tanam.
3. Pupuk NPK. 300-350 kg/ha diberikan pada 30 dan
60 hari setelah tanam.
4. Pupuk mikro, diberikan pada
30, 50 dan 70 hari setelah tanam.
5. Pupuk lanjutan dapat dilakukan secara kontinyu
sampai dari 1 minggu sampai
16 minggu setelah tanam pertanaman dengan mulsa
plastik. Pupuk diberikan
1 minggu sekali berupa urea, TSP dan KCl
masing-masing 2 gram/tanaman.
d. Pemangkasan
1. Pemangkasan cabang dan
tunas. Cabang dan tunas di ketiak daun diatur dan dikurangi, sehingga hanya ada
2 cabang utama tanpa atau dengan 1 cabang sekunder. Pemangkasan dilakukan
sampai bunga yang dipelihara tumbuh dan mekar. Setelah itu tanaman diberi ajir
agar berdiri tegak.
2. Pemangkasan daun. Batang
utama sampai percabangan pertama dibiarkan tanpa daun. Daun tua dan sakit yang
terlalu rimbun dibuang.
3. Pemangkasan bunga. Bunga
terbentuk 20 hst sehingga bunga yang muncul sebelum waktunya harus dibuang.
Pemangkasan bunga dilakukan sebelum tanaman berumur 4 minggu setelah tanam.
Jumlah bunga yang dipelihara minimal 50 kuntum. Dari satu ketiak sebaiknya
hanya dipelihara 1 bunga agar buah yang dihasilkan besar dan berkualitas.
e. Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan
pestisida dilakukan pagi hari setelah embun hilang atau sore hari. Dosis
pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit.
Ajir dipasang pada umur 4
minggu, jumlah ajir sesuai dengan cabang yang dipelihara. Tinggi ajir 50 cm di
atas tanah dan 25 cm dibenamkan ke dalam tanah dan terbuat dari bambu atau
kayu.
Budidaya Sistem Hidroponik
a. Penyiraman dan pemupukan.
Pemberian larutan hara dilakukan
antara jam 07.00-16.00 dengan frekuensi tergantung dari cuaca. Jika hari
mendung, diberikan setiap 1,5 jam tetapi jika hujan diberikan setiap 2-2,5 jam.
Jumlah larutan yang diperlukan tanaman muda 100 ml setiap pemberian, pada fase
berbungan 150 ml dan berbuah 200-300 ml. Tanaman menjelang dibongkar diberi 100
ml/penyiraman.
Konduktivitas elektrik
(Electrical Conductivity, EC) larutan nutrisi berkisar 1,6-1,7 EC dan
diharapkan hanya meningkat 2,0-2,5 selama berada di dalam media arang sekam.
Jika EC rendah pertumbuhan vegetatif akan lebih cepat.
b. Pemangkasan cabang, tunas, bunga dan daun
Dilakukan
dengan cara yang sama dengan penanaman paprika secara konvensional (di tanah).
c. Pengajiran
Dilakukan saat tanaman
berumur 1-2 minggu dengan menggunakan tali rami yang ujungnya diikatkan ke
kawat horisontal di langit-langit rumah plastik. Pengikatan tali rami ke batang
tanaman jangan sampai melukai batang.
d. Penyerbukan
Bunga paprika
dapat menyerbuk sendiri dengan bantuan angin. Di rumah plastik yang tidak berangin
penyerbukan buatan harus dilakukan. Penyerbukan dilakukan dengan bantuan kuas
kecil. Waktu penyerbukan jam 06.00-08.00.
Hama dan Penyakit
Hama
a. Trips (Thrips tabaci)
Gejala: menyerang daun,
bunga dan buah sehingga menjadi kuning hijau, kaku dan bergelombang, bunga
tidak mengembang, buah bergaris kering dan berwarna coklat. Pengendalian:
dengan insektisida Diazinon 60 EC 1-2 cc/liter, Dicarzol 25 SP 2-4 gram/liter
atau Bayrusil 250 EC 2cc/liter.
b. Tungau (Polyphagotarsemus latus)
Gejala:
menyerang pucuk tanaman, daun, bunga dan buah. Pertumbuhan terhambat, daun
menggulung ke bawah, bunga rontok, pangkal buah berkerut dan permukaan buah
kasar. Pengendalian: dengan Omite 57 EC 1,5 cc/liter dan Kalthene 200 EC 1
cc/liter.
c. Aphids (Aphids sp.)
Gejala:
menyerang pucuk tanaman muda dan daun. Daun mengkerut, keriting dan mengering.
Pengendalian: dengan insektisida Tokuthion 500 EC 2cc/liter, Dicarzol 25 SP
2gram/liter ditambah Fastac 15 EC 2 cc/liter, atau Ripcord 5 EC 2cc/liter
ditambah Matador 25 EC 0,5 cc/liter.
d. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala:
menyerang daun sehingga daun menjadi transparan dan berlubang. Pengendalian:
dengan mengumpulkan ulat, insektisida Curacron 500 EC 2cc/liter.
Penyakit
a. Layu Rhizoctonia
bakteri Rhizoctonia solani.
Gejala: menyerang tanaman di pembibitan terutama jika lingkungan lembab.
Bakteri menyerang pangkal batang sehingga tanaman rebah. Pengendalian: dengan
Benlate 0,5 gram/liter dan Previcur 1,5 cc/L.
b. Layu Fusarium
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Gejala: menyerang
tanaman di pembibitan
dan
di areal tanam. Batang tanaman lunak dan berair, lalu menjadi coklat dan
kering. Pengendalian: sama dengan layu Rhizoctonia.
c. Bercak daun
Penyebab: jamur Cercospora
capsisi. Gejala: daun berbercak coklat dengan bagian tengah kuning pucat sampai
putih, daun berlubang, menguning dan mati. Pengendalian: dengan sanitasi dan
perbaikan drainase serta penyemprotan fungisida Antracol 70 WP 2gram/liter
(300-800 liter/ha), Masalgin 50 WP 1-2 gram/liter (500-700 liter/ha).
Embun Tepung
Penyebab: jamur
Peronospora destructor. Gejala: bercak putih seperti tepung di permukaan bawah
daun dan berkembang ke bagian atas daun. Pengendalian: dengan fungisida Velimex
80 WP 2-2,4 gram/liter (400-800 Liter/ha), Antracol 70 WP 2 gram/liter (300-800
liter/ha) atau Dithane M-45 80 WP 1,8-2,4 gram/liter.
a. Antraknosa
Penyebab: jamur
Colletotrichum capsisi. Gejala: menyerang buah sehingga buah berbercak coklat
kehitaman dengan titik-titik hitam di bagian tengahnya, akhirnya buah membusuk,
mengering dan gugur. Pengendalian: dengan merendam benih dalam fungisida
Benlate T 20/20 WP 0,2%, penyemprotan fungisida Antracol 2 gram/liter (300-800
liter/ha), Velimex 2-2,5 gram/liter (400-800 liter/ha) atau Delsene MX-200 1-2
gram/liter (400-800 liter/ha).
b. Virus
Penyebab: virus
cucumber mozaic, ditularkan oleh vektor Aphid sp.dan Thrips sp. Gejala: daun
berwarna mozaik hijau belang-belang kuning, kerdil, kaku dan melengkung ke
atas. Pengendalian: dengan mencabut dan membakar tanaman terserang, sanitasi
lingkungan, membasmi vektor, menggunakan peralatan yang bersih.
c. Penyakit busuk leher batang atau akar
Penyebab: jamur
Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu dengan tiba-tiba. Pengendalian: dengan
mencabut dan membuang tanaman yang sakit, menjaga drainase tetap baik dan
mengatur jarak tanam.
d. Blossom end rot
Penyebab:
penyakit yang disebabkan lingkungan kurang baik, perubahan kelembaban udara dan
peningkatan transpirasi yang mendadak serta berfluktuasi tinggi, kelebihan
nitrogen atau kekurangan kalium. Gejala: ditandai dengan lingkaran putih yang
lunak pada ujung buah paprika, lalu busuk dan kering.
Panen
Ciri dan Umur Panen
Paprika dipanen pada 60
hari setelah tanam. Kematangan buah saat panen tergantung permintaan. Buah
hijau dipanen sebelum matang, buah merah, ungu atau kuning dipanen setelah
matang. Ciri buah hijau yang siap panen adalah daging buah tebal, keras, buah
mudah dilepas dari tangkai, sehat, tidak cacat, bebas hama penyakit. Ciri buah
matang adalah warna sudah merata, daging buah tebal, sehat, tidak cacat dan
bebas hama penyakit. Panen dilakukan pagi hari.
Cara Panen
Buah paprika dipetik dengan
tangkai buahnya menggunakan gunting/pisau tajam. Tangkai buah jangan tertinggal
dicabang tanaman.
Periode Panen
Panen dilakukan
beberapa kali, satu kali panen diambil 2 buah.
Perkiraan Produksi
Dengan perawatan intensif,
satu tanaman pada sistem hidroponik dapat menghasilkan 2,5 kg buah sedangkan
jika ditanam di tanah hanya menghasilkan 1 kg.
Pascapanen
Pengumpulan
Paprika hasil panen
dikumpulkan di dalam kotak plastik panjang 60 cm, lebar 35 cm dan tinggi 26 cm
untuk dibawa ke ruang sortasi yang sejuk. Buah yang berdebu/kotor, jika ada,
dilap dengan lap bersih.
Penyortiran
Sortasi didasarkan pada kemulusan, bentuk dan
berat buah yaitu:
a) Kelas A: tidak cacat, bentuk normal, berat
150-250 gram.
b) Kelas B: tidak cacat, bentuk normal, berat
80-150 gram.
c) Kelas C: paparika yang tidak termasuk kelas A
dan B.
Pengemasan
Buah yang belum
akan dipasarkan disimpan dalam kotak plastik 40 x 31 x 21 cm dengan susunan
yang baik sehingga dapat buah tidak pecah, lecet, berjamur atau kering.
Untuk konsumsi pasar
swalayan, 2-3 buah paprika (tergantung dari berat yang diinginkan) dikemas
dalam baki plastik yang ditutup dengan plastik lembaran polietilen.
Penyimpanan
Penyimpanan di
ruang pendingin dengan suhu udara 7-10 derajat C atau di ruangan dengan suhu
udara7,2-10 derajat C dan tekanan rendah (80 mm Hg).
0 komentar:
Posting Komentar