(
Phaseolus vulgaris L. )

Sejarah Singkat
Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.) berasal
dari Amerika, sedangkan kacang buncis tipe tegak (kidney bean) atau kacang jogo
adalah tanaman asli lembah Tahuacan-Meksiko. Penyebarluasan tanaman buncis dari
Amerika ke Eropa dilakukan sejak abad 16. Daerah pusat penyebaran dimulai di
Inggris (1594), menyebar ke negara-negara Eropa, Afrika, sampai ke Indonesia.
Pembudidayaan tanaman
buncis di Indonesia telah meluas ke berbagai daerah. Tahun 1961-1967 luas areal
penanaman buncis di Indonesia sekitar 3.200 hektar, tahun 1969-1970 seluas
20.000 hektar dan tahun 1991 mencapai 79.254 hektar dengan produksi 168.829
ton.
Sentra Penanaman
Saat ini kacang buncis
sudah ditanam di 26 propinsi di Indonesia (kecuali Timor Timur). Daerah sentra
pertanaman yang termasuk enam besar secara berurut adalah: Jawa Tengah, Jawa
Barat, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Utara dan Bali. Sedangkan sentra kacang
jogo terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan NTT, Bengkulu dan
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Daerah yang
sejak lama menjadi sentra pertanaman buncis antara lain Kotabatu (Bogor),
Pengalengan dan Lembang (Bandung) dan Cipanas (Cianjur). Sedangkan pusat
terbesar pertanaman kacang ijo anatara lain daerah Garut (Jawa Barat).
Jenis Tanaman
Taksonomi tanaman buncis diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plant Kingdom
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Calyciflorae
Ordo : Rosales (Leguminales)
Famili : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub famili : Papilionoideae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus
vulgaris L.
Kacang buncis dan kacang
jogo mempunyai nama ilmiah sama yaitu Phaseolus vulgaris L., yang berbeda
adalah tipe pertumbuhan dan kebiasaan panennya. Kacang buncis tumbuh merambat
(pole beans) dan dipanen polong mudanya, sedangkan kacang jogo (kacang merah)
merupakan kacang buncis jenis tegak (tidak merambat) umumnya dipanen polong tua
atau bijinya saja, sehingga disebut Bush bean.
Nama umum kacang buncis di
pasaran internasional disebut Snap beans atau French beans, kacang jogo
dinamakan Kidney beans.
Manfaat Tanaman
Peningkatan produksi buncis
mempunyai arti penting dalam menunjang peningkatan gizi masyarakat, sekaligus
berdaya guna bagi usaha mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah.
Kacang buncis merupakan salah satu sumber protein nabati yang murah dan mudah
dikembangkan.
Kacang jogo/kacang merah yang dikonsumsi bijinya, mengandung protein
21-27%,
sehingga menu makanan yang
terdiri atas campuran nasi dan kacang jogo (90%+10%) merupakan komposisi
makanan yang mencukupi karbohidrat dan protein tubuh.
SYARAT
PERTUMBUHAN
iklim
a. Tanah yang cocok bagi
tanaman buncis ternyata banyak terdapat di daerah yang mempunyai iklim basah
sampai kering dengan ketinggian yang bervariasi.
b. Pada umumnya tanaman buncis
tidak membutuhkan curah hujan yang khusus, hanya ditanam di daerah dengan curah
hujan 1.500-2.500 mm/tahun.
c. Umumnya tanaman buncis
memerlukan cahaya matahari yang banyak atau sekitar 400-800 feetcandles. Dengan
diperlukan cahaya dalam jumlah banyak, berarti tanaman buncis tidak memerlukan
naungan.
d. Suhu udara ideal bagi
pertumbuhan buncis adalah 20-25 derajat C. Pada suhu < 20 derajat C, proses
fotosintesis terganggu, sehingga pertumbuhan terhambat, jumlah polong menjadi
sedikit. Pada suhu ³ 25 derajat C banyak polong hampa (sebab proses pernafasan
lebih besar dari pada proses fotosintesis), sehingga energi yang dihasilkan
lebih banyak untuk pernapasan dari pada untuk pengisian polong.
e. Kelembaban udara yang
diperlukan tanaman buncis ± 55% (sedang). Perkiraan dari kondisi tersebut dapat
dilihat bila pertanaman sangat rimbun, dapat dipastikan kelembapannya cukup
tinggi.
Media Tanam
f. Jenis tanah yang cocok
untuk tanaman buncis adalah andosol dan regosol karena mempunyai drainase yang
baik. Tanah andosol hanya terdapat di daerah pegunungan yang mempunyai iklim
sedang dengan curah hujan diatas 2500 mm/tahun, berwarna hitam, bahan
organiknya tinggi, berstektur lempung hingga debu, remah, gembur dan
permeabilitasnya sedang. Tanah regosol berwarna kelabu, coklat dan kuning,
berstektur pasir sampai berbutir tunggal dan permeabel.
g. Sifat-sifat tanah yang baik
untuk buncis: gembur, remah, subur dan keasaman (pH) 5,5-6. Sedangkan yang
ditanam pada tanah pH < 5,5 akan terganggu pertumbuhannya (pada pH rendah
terjadi gangguan penyerapan unsur hara). Beberapa unsur hara yang dapat menjadi
racun bagi tanaman antara lain: aluminium, besi dan mangan.
Ketinggian Tempat
Tanaman buncis tumbuh baik
di dataran tinggi, pada ketinggian 1000-1500 m dpl. Walaupun demikian tidak
menutup kemungkinan untuk ditanam pada daerah dengan ketinggian antara 300-600
meter. Dewasa ini banyak dilakukan penelitian mengenai penanaman buncis tegak
di dataran rendah ketinggian: 200-300 m dpl., dan ternyata hasilnya memuaskan.
Beberapa varietas buncis tipe tegak seperti Monel, Richgreen, Spurt, FLO,
Strike dan Farmers Early dapat ditanam di dataran rendah pada ketinggian antara
200-300 m dpl.
Pembibitan
Persyaratan Benih/Bibit
Terutama pada mata bijinya, bebas dari hama dan
penyakit, seragam, tidak tercampur dengan varietas lain, serta bersih dari
kotoran. Benih yang baik mempunyai daya tumbuh yang tinggi, dapat disimpan
lama, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tumbuhnya cepat dan merata,
serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi tinggi.
Penyiapan Benih
Memilih benih yang baik
agak sulit. Karena itu disarankan untuk membeli benih yang bersertifikat. Benih
ini telah diuji coba oleh balai pengujian benih, sehingga dijamin kualitasnya.
Benih bersertifikat telah banyak dijual ditoko-toko sarana pertanian.
Benih buncis yang dibutuhkan dalam jumlah
tertentu, tetapi kadang-kadang benih yang dibeli jumlahnya melebihi yang
dibutuhkan. Sehingga, masalahnya sekarang adalah bagaimana menyimpan kelebihan
benih itu. Cara menympannya dengan memberi suhu 18-20 derajat C dengan
kelembaban relatif 50-60 %. Kandungan air benih juga sangat menentukan terhadap
keawetan simpan benih. Kandungan yang baik untuk menyimpan benih sekitar 14%.
Bila persyaratan diatas terpenuhi maka daya simpan benih buncis dapat mencapai
3 tahun.
Pengolahan Media Tanam
Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan adalah
semua pekerjaan yang ditujukan pada tanah untuk menciptakan media tanam yang
ideal, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pembersihan rumput-rumputan,
penggemburan tanah, dan pembuatan parit-parit drainase adalah termasuk
pengolahan tanah.
Pembersihan rumput-rumputan
(gulma) bermaksud agar tidak terjadi persaingan makanan dengan tanaman
pokoknya. Cara membersihkannya dapat secara manual, yaitu dengan jalan mencabut
gulma dengan tangan, cangkul, cetok atau traktor (bila lahannya luas).
Pemberantasan dengan bahan kimia juga dapat dilakukan, yaitu dengan
menyemprotkan herbisida. Penyemprotannya dapat dilakukan setelah gulma tumbuh
ataupun sebelum tumbuh. Gulma jenis Cynodon dactylon disemprot dengan herbisida
Actril DS, dengan dosis 1,5-2 liter dalam 400 liter air/ha, pada tinggi tanaman
10-15 cm. Untuk gulma Boreria alata, dapat diberantas dengan herbisida
Fernimine 720 AS. Dosis yang digunakan 1-1,5 liter yang dilarutkan dalam 500
liter air. Jenis rumput Eluisine indica lebih baik menggunakan Fusilade 25 EC
dengan doiss 1-2 liter dengan campuran air sebanyak 400-600 liter. Herbisida
lain yang dapat dipakai adalah Goal 2E, Lasso 480 EC, Paracol, Roundup, Satunil
400/200 EC, Saturin 500/50 EC dengan dosis seperti yang tercantum dalam
labelnya.
Setelah bersih dari gulma pekerjaan selanjutnya
adalah membajak tanah. Tanah dibajak dan dicangkul 1-2 kali sedalam 20-30 cm.
Untuk tanah-tanah berat pencangkulan dilakukan dua kali dengan jangka waktu 2-3
minggu, untuk tanah-tanah ringan pencangkulan cukup dilakukan sekali saja.
Selanjutnya untuk
memudahkan pekerjaan pemeliharaan dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran
panjang 5 meter, lebar 1 meter dan tinggi 20 cm. Jarak antar bedengan 40-50 cm,
selain sebagai jalan juga untuk saluran pembuangan air (drainase). Untuk areal
yang tidak begitu luas, mislnya tanah pekarangan, tidak dibuat bedengan tetapi
menggunakan guludan tanah selebar 20 cm, panjang 5 meter, tinggi 10-15 cm dan
jarak antar guludan 70 cm.
Pengapuran
Umumnya tanah di Indonesia
bersifat asam (pH <7). Untuk menaikkan pH tersebut diperlukan pengapuran,
menggunakan batu kapur kalsit, gips, kadolomite, atau batu kapur talk. Dosis
untuk menaikan pH sebesar 0,1 sebesar 480 kg/ha. Pemberian kapur sebaiknya
dilakukan 2-3 minggu sebelum penanaman, dengan cara sebagai berikut:
a) Tanah digemburkan dengan mencakulnya.
b) Kapur disebar merata.
c) Tanah dicangkul kembali agar kapur dapat
bercampur dengan tanah secara merata.
pemupukan
Untuk meningkatkan
kesuburan tanah dapat dilakukan dengan pemberian pupuk kandang atau kompos
sebanyak 15-20 kg/10 m2 atau kira-kira 3 kaleng penuh bekas minyak tanah.
Pemberian pupuk kandang dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah agar lebih
gembur, airasi dan drainase lebih baik. Pupuk anorganik yang berfungsi sebagai
pupuk dasar adalah Urea, TSP dan Kcl. Masing-masing sebanyak 200 kg, 600 kg,
dan 120 kg untuk tiap hektar. Cara menempatkan pupuk kandang maupun pupuk
anorganik ialah dengan menaburkan disepanjang larikan.
Saat pemberian pupuk dasar,
dapat juga dilakukan pemberian mematisida. Mematisida ini merupakan pestisida
untuk nematoda. Nematoda Meloidogyne sp. Yang sering menyerang buncis dapat
diberantas dengan nematisida Curater 3 G atau Furadan 3 G. Dosis yang digunakan
sebanyak 17 kg/ha.
Teknik
Penanaman
Air yang dibutuhkan buncis
hanya secukupnya, sehingga saat menanam yang paling baik yaitu saat peralihan.
Hal ini sangat cocok untuk fase pertumbuhan buncis, dan fase pengisian serta
pemasakkan polong. Pada fase ini di khawatirkan akan terjadi serangan penyakit
bercak bila curah hujannya terlalu tinggi. Untuk mengatasi curah hujan yang
terlalu tinggi dapat dibuat saluran-saluran drainase, ini kalau penanamannya
dilakukan pada musim hujan. Sebaliknya, pada musim kemarau perlu dilakukan
penyiraman sesering mungkin terutama pada saat awal perkecambahan.
Penentuan
Pola Tanam
Tanaman buncis ditanam
dengan pola pagar atau barisan karena penanamannya dilakukan pada bedengan atau
guludan. Pada pola ini,
jarak antar tanaman lebih
sempit daripada jarak antar barisan tanamannya. Dengan pola tanam barisan akan
mempermudah pekerjaan selanjutnya, seperti pemeliharaan, pengairan, pemupukan,
pembumbunan dan panen.
Jarak tanaman yang
digunakan adalah 20 x 50 cm, baik untuk tanah datar atau tanah miring. Dan bila
kesuburan tanahnya tinggi, maka sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih
sempit lagi, yaitu 20 x 40 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari tumbuhnya
gulma, karena gulma akan lebih cepat tumbuh pada tanah yang subur.
Penentuan jarak tanam ini
harus benar-benar diperhatikan karena berhubungan dengan tersedianya air, hara
dan cahaya matahari.
Pembuatan Lubang Tanam
Setelah menentukan jarak
tanam, kemudian membuat lubang tanam dengan cara ditugal. Agar lubang tanam itu
lurus, sebelumnya dapat diberi tanda dengan ajir, bambu, penggaris atau tali.
Tempat yang diberi tanda tersebut juga ditugal. Kedalaman tugal 4-6 cm untuk
tanah-tanah yang remah dan gembur, sedangkan untuk tanah liat dapat digunakan
ukuran 2-4 cm. Hal ini disebabkan pada tanah liat kandungan airnya cukup
banyak, sehingga dikhawatirkan benih akan busuk sebelum mampu berkecambah.
Cara Penanaman
Tanaman buncis tidak
memerlukan persemaian karena termasuk tanaman yang sukar dipindahkan, sehingga
benih buncis dapat langsung ditanam di lahan/kebun. Tiap lubang tanam dapat
diisi 2-3 butir benih. Setelah itu lubang tanam ditutup dengan tanah.
Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman
berikutnya Biji buncis
dapat tumbuh setelah lima hari sejak tanam, benih yang tidak tumbuh harus
segera diganti (disulam) dengan benih yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan
dibawah umur 10 hari setelah tanam, agar pertumbuhan bibit-bibit tidak berbeda
jauh dan memudahkan pemeliharaan.
Pengguludan
Peninggian guludan atau
bedengan dilakukan pada saat tanaman berumur lebih 20 dan 40 hari. Lebih baik
dilakukan pada saat musim hujan. Tujuan dari peninggian guludan adalah untuk
memperbanyak akar, menguatkan tumbuhnya tanaman dan memelihara struktur tanah.
Pemangkasan
Untuk memperbanyak
ranting-ranting agar diperoleh buah yang banyak, tanaman buncis perlu
dipangkas. Pemangkasan sebatas pembentukan sulurnya. Pelaksanaan pemangkasan
dilakukan bila tanaman telah berumur 2 dan 5 minggu. Pemang-kasan juga
dimaksudkan untuk mengurangi kelembapan di dalam tanaman sehingga dapat
menghambat perkembangan hama penyakit. Pucuk-pucuk tanaman hasil pangkasan
dapat digunakan sebagai sayuran.
Pemupukan
Tindakan pemupukan pada
tanaman buncis perlu dilakukan dengan alasan hara tanaman yang disediakan oleh
tanaman dalam jumlah yang terbatas. Sewaktu-waktu zat hara akan berkurang
karena tercuci kadalm lapisan tanah, terbawa erosi bersama larutan tanah,
hilang melalui proses evaporasi (penguapan), dan diserap oleh tanaman. Apabila
keadaan tersebut dibiarkan terus menerus tanpa adanya perbaikan, maka makin
lama persediaan hara dalam tanah makin berkurang sehingga tanaman tumbuhnya
merana. Untuk mencukupi kebutuhan hara tersebut, perlu tambahan dari luar
melalui pemupukan. Diharapkan dengan pemupukan akan mengembalikan dan
meningkatkan kandungan hara dalam tanah, sehingga tanaman akan tumbuh subur dan
produksinya akan melimpah.
Pemupukan ini dapat dilakukan pada umur 14-21
hari setelah tanam. Pupuk yang diberikan hanyalah Urea sebanyak 200 kg/ha,
caranya cukup ditunggal kurang lebih 10 cm dari tanaman. Setelah itu ditutup
kembali dengan tunggal atau diinjak dengan kaki.
Pengairan
Air yang diberikan alam
sangat bervariasi dan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Untuk
itu, diperlukan pengaturan pengairan. Biasanya pengairan dilakukan bila
penanamannya dilakukan pada
musim kemarau, yaitu pada umur 1-15 hari. Pelaksanaannya dilakukan 2 kali
sehari, setiap pagi dan sore. Bila penanamannya dilakukan pada musim hujan,
yang perlu diperhatikan adalah masalah pembuangan airnya. Kelebihan air dapat
disalurkan melalui parit-parit yang telah dibuat di antara bedengan atau guludan.
Pemeliharaan Lain
Untuk tanaman buncis tipe
merambat perlu diberi turus atau lanjaran, supaya pertumbuhannya dapat lebih
baik. Biasanya turus atau lanjaran ini dibuat dari bambu dengan ukuran panjang
2 m dan lebar 4 cm. Turus tersebut ditancap didekat tanaman. Setiap dua batang
turus yang berhadapan diikat menjadi satu pada bagian ujungnya, sehingga akan
tampak lebih kokoh. Pelaksanaan pemasangan turus dapat dilakukan bersamaan
dengan peninggian guludan yang pertama, yaitu pada tanaman berumur 20 hari.
Hama dan Penyakit
Hama
a. Kumbang
daun
Penyebab: kumbang
Henose-pilachna signatipennis atau Epilachna signatipennis, sering disebut
kumbang daun epilachna yang termasuk famili Curculionadae. Bentuk tubuhnya
oval, warna merah atau coklat kekuningan, panjang antara 6-8 mm. Pengendalian:
(1) bila sudah terlihat adanya telur, larva, maupun kumbangnya, maka dapat
langsung dibunuh dengan tangan; (2) dengan insektisida Lannate L dan Lannate 25
WP, dengan konsentrasi 1,5-3 cc/liter air atau 300-600 liter setiap hektar; (3)
rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang.
b. Penggerek daun
Penyebab: ulat Etiella
zinckenella yang termasuk dalam famili Pyralidae. Penyebarannya meliputi daerah
tropis dan subtropis. Gejala: polong yang masih muda mengalami kerusakan,
bijinya banyak yang keropos. Kerusakkan ini tidak sampai mematikan tanaman
buncis. Pengendalian: penyemprotan dengan insektisida Atabron 50EC dengan
konsentrasi 12-15 cc/10 liter air. Setiap satu hektar diperlukan 500 liter
larutan semprot. Waktu penyemprotan dilakukan segera setelah diketahui adanya
serangan dan dapat diulangi beberapa kali menurut keperluan. Selain Atrabon
dapat pula dipilih insektisida lain, seperti Agrothion 50 EC, Basbiman 200 EC
dan Bayrusil 250 EC dengan konsentrasi seperti yang tercantum pada labelnya.
a. Penyebab: lalat Agromyza
phaseoli yang termasuk dalam famili Agromyzidae. Lalat betina dan jantan
mempunyai ukuran yang berbeda. Lalat betina mempunyai panjang tubuh kurang
lebih 2,2 mm, sedang yang jantan hanya 1,9 mm. Gejala: daun berlubang-lubang
dengan arah tertentu, yaitu dari tepi daun menuju tangkai atau tulang daun.
Gejala lebih lanjut berupa pangkal batang yang membengkok atau pecah. Kemudian
tanaman menjadi layu, berubah kuning, dan akhirnya mati dalam umur yang masih
muda. Apabila tidak mengalami kematian, maka tumbuhnya kerdil, sehingga
produksinya sedikit. Pengendalian: hendaknya dilakukan sedini mungkin, yaitu
pada saat pengolahan tanah. Setelah biji-biji buncis ditanam sebaiknya lahan
langsung diberi penutup dari jerami daun pisang. Penanaman dilakukan secara
serentak. Bila tanaman sudah terserang secara berat, maka segeralah dicabut dan
dibakar atau dipendam dalam tanah. Namun, apabila serangan masih kecil,
disarankan agar menggunakan insektisida. Penyemprotan yang lebih baik dilakukan
pada saat buncis baru mulai tumbuh, yaitu saat mulai kelihatan kepingnya.
Insektisida yang digunakan seperti Basminon 60 EC dengan konsentrasi formulasi
1,5-2 cc/liter air dan Azordin 60 dengan konsentrasi 2-3 cc/liter air atau
kira-kira 400-
600 larutan setiap
hektarnya. Penyemprotan dilakukan sebanyak 2-3 kali sampai umur 20 hari,
tergantung berat ringan serangan.
b. Kutu
daun
Penyebab: Aphis gossypii,
yang termasuk dalam famili Aphididae. Sifatnya polibag dan kosmopolitan yaitu
dapat memakan segala tanaman dan tersebar di seluruh dunia. Tanaman inangnya
bermacam-macam, antara lain kapas, semangka, kentang, cabai, terung, bunga
sepatu dan jeruk. Warna kutu ini hijau tua sampai hitam atau kuning coklat.
Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan batang memutar (memilin), daun
menjadi keriting dan berwarna kuning. Pengendalian: (1) secara alami, yaitu
dengan cara memasukkan musuh alaminya, antara lain lembing, lalat dan jenis
Coccinellidae; (2) menggunakan insektisida Orthene 75 SP dengan konsentrasi
0,5-0,8 gram/liter air. Bila setelah disemprotkan masih terdapat hamanya, maka
penyemprotannya dapat diulang setiap 7-14 hari sekali. Selain Orthene dapat
juga digunakan Sevidan 70 WP atau Supracide 40 EC.
c. Ulat
jengkal semu
Penyebab: ulat jengkal
semu. Ada dua dua spesies yang terdapat diperkebunan buncis, yaitu Plusia
signata (Phytometra signata) dan P. chalcites. Keduanya termasuk kedalam famili
Plusiidae. Panjang ulat P. chalcites kurang lebih 2 cm berwarna hijau dengan
garis samping berwarna lebih muda. Gejala: (1) daun-daun berlubang; (2) tanaman
menjadi kerdil. Pengendalian: (1) secara mekanik, yaitu dibunuh satu persatu,
namun tidak efektif; (2) sanitasi, yaitu dengan membersihkan gulma-gulma yang
dapat dijadikan sebagai tempat persembunyian hama tersebut;
(3) dengan insektisida
Hostathion 40 EC sangat efektif karena mempunyai cara kerja ganda, yaitu
sebagai racun kontak dan racun lambung. Insektisida ini mempunyai daya basmi
2-3 minggu, Konsentrasi formulasi yang digunakan 1-1,5 cc/liter air dan volume
larutan semprot kira-kira 400-600 liter/ha. Dapat juga menggunakan Lannate 25
WP dan Lebaycid 550 EC. Penyemprotan dilakukan bila intensitas serangan
mencapai 12,5%.
d. Ulat
penggulung daun
Penyebab: ulat Lamprosema
indicata dan L. diemenalis, keduanya termasuk dalam famili Pyralidae. Gejala:
daun kelihatan seperti menggulung dan terdapat ulat yang dilindungi oleh
benang-benang sutra dan kotoran. Polongan sering pula ikut direkatkan
bersama-sama dengan daunnya. Daun juga tampak berlubang-lubang bekas gigitan
dari tepi sampai ketulang utama, hingga habis hanya tinggal urat-uratnya saja.
Pengendalian: (1) membuang dan membakar daun yang telah terkangkit; (2)
penyemprotan pestisida Azordrin 15 WSC dengan konsentrasi 2-3 cc/liter air,
Kiltop 50 EC dengan konsentrasi 4-5 cc/liter air, atau Matador 25 EC dengan
konsentrasi 5 ml/ 10 liter air. Setiap hektar kira-kira memerlukan volume
400-600 liter larutan. Penyemprotan dapat diulang setiap 7 hari sampai tanaman
terbebas dari hama tersebut.
Penyakit
a. Penyakit
antraknosa
Penyebab: cendawan
Colletotrichum lindemuthianum, termasuk dalam famili Melanconiaccae.. Gejala:
(1) terdapat bercak-bercak kecil berwarna coklat karat pada polong buncis muda;
(2) bercak hitam atau coklat tua di bagian batang tanaman tua. Pengendalian:
(1) memakai benih yang benar-benar bebas dari penyakit; (2) merendam benih
dalam fungsida Agrosid 50 SD sebelum ditanam. Cara merendamnya ialah beberapa
jam sebelum benih ditanam dibasahi dulu dengan air. Kemudian dimasukkan ke kantong
plastik dan dicampur dengan Agrosid 50 SD sebanyak 10-15 gram/kg benih. Setelah
itu dikocok sampai rata kemudian diangin-anginkan; (3) pergiliran tanaman,
maksudnya untuk memotong siklus hidup cendawan tersebut. Pergiliran tersebut
dapat dengan tanaman lobak, wortel atau kol bunga; (4) penyemprotan fungsida
Delsene MX-2000, konsentrasinya 1-2 gram/liter air. Fungsida ini bersifat
kontak dan sistemik sehingga bisa disemprotkan sebelum
atau sesudah terjadi
serangan. Fungsida Velimek 80 WP juga dapat digunakan dengan konsentrasi 2-2,5
gram/liter air. Volume larutan semprot kurang leboh 400-800 liter/ha.
Pemberiannya dapat diulang setiap 7-10 hari sekali. Supaya daya kerjanya
efektif, dapat ditambahkan bahan perata atau pembasah. Bahan perata yang
dipakai seperti Agristck atau Triton dengan dosis 2 cc/liter atau 2 gram/liter
air.
b. Penyakit
embun tepung
Penyebab: cendawan Erysiphe
polygoni, yang termasuk dalam famili Erysiphaceae. Gejala: daun, batang, bunga
dan buah berwarna putih keabuan (seperti beludru). Apabila serangan pada bunga
ringan, maka polong masih dapat terbentuk. Namun bila gagal serangannya berat
akan dapat menggagalkan proses pembuahan, bunga menjadi kering dan akhirnya
mati. Bila polong yang diserang maka polong tidak gugur, tetapi akan meninggalkan
bekas berwarna cokelat surat sehingga kualitasnya menurun. Pengendalian: (1)
bagian-bagian yang sudah terserang sebaiknya dipotong atau dibakar; (2) dapat
juga disemprot dengan fungsida Morestan 25 WP, konsentrasinya 0,5-1 gram/liter
air dan volume larutan 1.000 liter/ha. Penyemprotannya dapat diulang 1-2 minggu
sekali. Fungsida lain adalah Nimrod 250 EC dengan konsentrasi 0,4-1,6 ml/liter
air, Cupravit OB 21 dengan konsentrasi 1 gram/liter air dan dengan volume
semprot 500 liter/ha. Atau dapat juga dilakukan penghembusasn dengan tepung
belerang.
c. Penyakit
layu
Penyebab1: bakteri
Pseudomonas sollanacearum. Bakteri ini termasuk dalam famili pseudomonadeceae.
Gejala: tanaman akan terlihat layu, menguning dan kerdil. Bila batang tanaman
yang terserang dipotong melintang, maka akan terlihat warna cokelat dan kalau
dipijit keluar lendir berwarna putih. Kadang-kadang warna cokelat ini bisa
sampai ke daun. Akar yang sakit juga berwarna cokelat. Pengendalian: (1)
penyiraman tanaman dengan air yang bebas dari penyakit; (2) dengan rotasi
tanaman selama 2 tahun; (3) penyemprotan dengan fungsida Agrept 20 WP dengan
konsentrasi 0,5-1 gram/liter air. Penyebab2: Penyebab layu dengan gejala diatas
disebabkan oleh cendawan Fusarium oxyporum, termasuk dalam famil Stilbellaceae.
Gejala 2: Gejala yang terlihat seperti gejala 1 di atas dengan sedikit
perbedaan. Perbedaannya yaitu bila batang yang terserang dipijit tidak
mengeluarkan lendir. Pengendalian: cara pengendalian hampir sama dengan cara
pengendalian Pseudomonas, bedanya hanya jenis fungsida yang dipakai. Untuk
mengendalikan cendawan ini dapat digunakan fungsida Dithane M 45 dengan dosis
180-240 gram/100 liter air. Fungsida ini disemprotkan pada semua batang merata.
d. Penyakit
bercak daun
Penyebab: cendawan
Cercospora canescens, termasuk dalam famili Dematiaceae. Sporanya dapat
disebarkan melalui air hujan, angin, serangga, alat-alat pertanian, manusia dan
lain-lain. Gejala: Daun berbercak-bercak kecil berwarna cokelat kekuningan.
Lama-kelamaan bercak akan melebar dan bagian tepinya terdapat pita berwarna
kuning. Akibat lebih parah, daun menjadi layu lalu berguguran. Bila sampai
menyerang polong, maka polong berbercak kelabu dan biji yang terbentuk kurang
padat dan ringan. Pengendalian: (1) sebelum ditanam benih buncis direndam air
panas dengan suhu 48 derajat C selama 30 menit; (2) rotasi tanaman; (3) rotasi
tanaman (4) memotong bagaian tanaman yang telah terserang; (5) penyemprotan
dengan Baycor 300 EC konsentrasi 0,5-1 liter/ha, Bayleton 250 EC konsentrasi
0,25-0,5 liter/ha, volume semprot tiap hektarnya kurang lebih 400 liter. Dapat
juga menggunakan Cupravit OB 21, Daconil 75 WP, Delsene MX-200 dengan
konsentrasi sesuai labelnya. Penyemprotan diulang dengan selang waktu 5-15
hari.
e. Penyakit
hawar daun
Penyebab: bakteri
Xanthomonas campestris dari famili Pseudomonadaceae. Bakteri ini dapat
berkembang pada suhu lebih dari 20 derajat C dan suhu optimum 30 derajat C.
Hidupnya bisa bertahan beberapa tahun di dalam biji, tanah dan sisa-sisa
tanaman yang sakit. Gejala: Pertama-tama terlihat bercak kuning di bagian tepi
daun, kemudian meluas
menuju tulang daun tengah. Daun terlihat layu, kering dan berwarna cokelat
kekuningan. Bila serangannya hebat, daun berwarna kuning seluruhnya dan
akhirnya rontok. Kemudian gejala tersebut dapat meluas ke batang, sehingga
lama-kelamaan tanaman akan mati. Pengendalian: ( memakai benih yang bebas dari
penyakit; (2) menjaga kebersihan lahan.
e. Penyakit
busuk lunak
Penyebab: bakteri Erwinia
carotopora, termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini hanya
menyerang bila ada bagian tanaman yang luka, misalnya gigitan ulat atau memang
sudah sakit karena penyakit lain. Serangan ini dapat terjadi di lapangan atau
di penyimpanan.
Gejala: Daun berbercak,
berair dan warnanya menjadi kecokelatan. Gejala ini akan cepat menjalar ke
seluruh bagian tanaman sehingga tanaman menjadi lunak, berlendir dan berbau
busuk. Kadang-kadang juga bisa roboh bila yang terserang batangnya.
Pengendalian: (1) membakar dan membuang tanaman yang telah terjangkit penyakit;
(2) menjaga kebersihan lingkungan tanaman; (3) penyemprotan Cupravi OB-21
dengan konsentrasi 4 gram/liter air, Delsene MX 200 konsentrasi 2-3 cc/liter
dan Difolatan 4 F dengan konsentrasi 2-3 cc/liter air. Penyemprotan dapat
dilakukan setiap 7-10 hari sekali. Penggunaan pestisida dapat dengan dioleskan
pada bagian tanaman yang sakit.
f. Penyakit
karat
Penyebab: cendawan Uromyces
appendiculatus, termasuk dalam ordo Uredinales. Cendawan ini masih dapat
bertahan pada bagian tanaman yang sakit walaupun iklimnya kering. Serangan akan
kembali menghebat pada musim hujan. Penyebarannya dapat melalui hembusan angin,
percikan atau aliran air, serangga maupun terbawa dalam pengangkutan
bibit-bibit tanaman di daerah lain. Gejala: Pada jaringan daun terdapat bintik-bintik
kecil berwarna cokelat baik dipermukaan daun sebelah atas maupun bawah dan
biasanya dikelilingi oleh jaringan khlorosis. Pada varietes yang tahan,
gejalanya hanya berupa bintik-bintik cokelat saja. Pengendalian: (1) menanam
bibit buncis yang tahan terhadap penyakit karat, yaitu manoa wonder; (2)
mencabut dan membakar tanaman yang telah terjangkit; (3) menggunakan fungisida
Baylleton 250 EC dengan dosis 0,25-0,5 liter/ha dan voleume larutan 500
liter/ha. Penyemprotannya dilakukan bila intensitas serangan mencapai 10%
dengan selang waktu 7 hari.
g. Penyakit
Damping Off
Penyebab: cendawan Phytium
sp, termasuk dalam famili Phytiaceae. Penularannya dapat melalui tanah maupun
biji. Serangannya akan sangat hebat bila suhu dan kelembaban udara cukup
tinggi. Gejala: Bagian batang yang terletak di bawah keping biji (hipokotil)
berwarna putih pucat karena mengalami kerusakan klorofil. Akibatnya terjadi
nekrosa secara cepat, jaringan yang berada di atas tanah menjadi mengkerut dan
mengecil sehingga batang tidak kuat lagi menyangga kotiledon dan kemudian
tanaman menjadi roboh. Pengendalian: (1) menyiram tanaman denganair yang bebas
penyakit; (2) menyemprotkan Antracol 70 WP konsentrasi 2 gram/liter, Volume
larutan 600-8 l/ha. Fungisida Cupravit OB 21, Delsene MX-200, dimazeb 80 WP,
Dithane M45 juga dapat digunakan, dengan konsentrasi seperti yang tercantum
dalam labelnya.
h. Penyakit
ujung keriting
Penyebab: virus mosaik
keriting, yang penularannya biasanya melalui vektor serangga yaitu sejenis kutu
loncat dari famili Yassidae. Dari tingkat muda sampai dewasa, kutu ini dapat
menjadi pembawa (carrier) virus tersebut. Gejala: Daun-daun muda menjadi
keriting dan berwarna kuning, sedang daun yang sudah tua menggulung atau
memilin. Biasanya daun-daun terasa lebih kaku, tangkai daun mengeriting ke
bawah dan batang tidak normal. Tanaman muda yang terserang menjadi kerdil.
Pengendalian: (1) menanam bibit yang tahan penyakit seperti spurt dan strike;
(2) mencabut dan membakar tanaman yang telah terserang penyakit; (3) melakukan penyemprotan
jenis-jenis insektisida yang dapat membunuh serangga
vektornya. Misalnya,
Alsystin 25 WP dengan dosis 0,25-0,5 kg/ha yang dilarutkan dalam 500-800 liter
air. Atau, menggunakan Azordrin 15 WSC, Bayrusil 250 EC, dan Lannate.
Panen
Ciri dan
Umur Panen
Pemanenan dapat dilakukan
saat tanaman berumur 60 hari dan polong memperlihatkan ciri-ciri sebagai
berikut:
a) Warna polong agak muda dan suram.
b) Permukaan kulitnya agak kasar.
c) Biji dalam polong belum menonjol.
d) Bila polong dipatahkan akan menimbulkan bunyi
letup.
Cara
Panen
Dalam menentukan saat panen
harus setepat mungkin sebab bila sampai terlambat memetiknya beberapa hari saja
maka polong bincis dapat terserang penyakit bercak Cercospora. Penyakit
tersebut sebenarnya hanya menyerang daun dan bagian tanaman lainnya, tetapi
karena saat pemetikan yang terlambat maka penyakit tersebut berkembang sampai
ke polong-polongnya.
Cara panen yang dilakukan
biasanya dengan cara dipetik dengan tangan. Penggunaan alat seperti pisau atau
benda tajam yang lain sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan luka pada
polongnya. Kalau hal ini terjadi maka cendawan atau bakteri dapat masuk kedalam
jaringan, sehingga kualitas polong menurun.
Periode
Panen
Pelaksanaan panennya dapat
dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 2-3 hari sekali. Hal ini dimaksudkan
agar diperoleh polonh yang seragam dalam tingkat kemasakkannya. Pemetikan
dihentikan pada saat tanaman berumur lebih dari 80 hari, atau kira0kira
sejumlah 7 kali panen.
Prakiraan
Produksi
Bila dalam pelaksanaan
budidaya tanaman buncis sudah baik, artinya sudah sesuai dengan
ketentuan-ketentuan diatas maka produksi perhektar dapat mencapai 150 kuintal
polong segar.
Pascapanen
Sortasi
Sortasi meliputi
kegiatan-kegiatan membuang atau memisahkan hasil berdasarkan kualitas dan
mengadakan klarifikasinya. Polong buncis yang cacat akibat serangan hama dan
penyakit, polong yang tua maupun polong yang patah akibat panen yang kurang
baik, semuanya kita pisahkan. Polong-polong yang demikian hanya akan mengurangi
nilai pasar dan nilai beli dari komoditi tersebut.
Proses sortasi
ini biasanya dilakukan ditempat-tempat pengumpulan yang diletakkan tidak jauh
dari lahan pertanian. Tempat dilakukannya sortasi ini harus cukup terlindung,
supaya hasil yang baru dipanen tidak lekas menjadi layu.
Penyimpanan
Buncis termasuk sejenis
sayuran yang tidak tahan disimpan lama dalam keadaan segar, cepat rusak atau
busuk sehingga disebut sebagai perishable food. Hal ini terjadi karena setelah
dipanen masih terjadi respirasi dan transpirasi sehingga lama kelamaan komoditi
ini mengalami kemunduran (deterioration). Dengan kemunduran tersebut
menyebabkan
komoditi menjadi lebih peka
terhadap serangan jasad renik sehingga komoditi menjadi rendah mutunya dan
akhirnya membusuk.
Mengingat sifat buncis
tersebut maka diperlukan penyimpanan khusus bila buncis tidak langsung
dikonsumsi. Cara penyimpanan yang biasa dilakukan adalah sistem refrigarasi
(pendinginan), dengan suhu 0-4,4 derajat C dan kelembaban 85-90%. Pada keadaan
yang demikian, maka umur kesegaran buncis bisa mencapai 2-4 minggu. Ruangan
penyimpanan diusahakan agar udara segar dapat beredar dan selalu berganti.
Yang menjadi masalah
adalah, masih ada sebagian orang yang beranggapan bahwa dengan suhu dan
kelembaban yang lebih rendah lagi akan menghasilkanumur kesegaran yang lebih
lama pula. Padahal pendapat ini kurang benar pula. Penyimpanan pada suhu yang
lebih rendah dengan suhu yang dianjurkan memberikan hasil yang sama, sedangkan
kelembaban yang terlampau rendah, akan menyebabkan komoditi menjadi cepat layu.
Pengepakkan/Pengemasan
Pada umumnya pengepakkan
buncis dilakukan dengan menggunakan karung goni. Untuk pengiriman jarak jauh ke
luar negri lebih baik menggunakan peti kayu, ukuran dan bentuknya sebaiknya
seragam supaya kelihatan rapi. Hal yang harus diperhatikan dalam membuat alat
mengepak yaitu harus mempunyai lubang angin untuk memungkinkan pergantian udara
di dalam pengepak dan mudah diangkut oleh satu orang.
Setelah dilakukan
pengepakan, maka jangan lupa menuliskan nama pengusaha, nama komoditi, serta
keterangan lain yang dibutuhkan pada alat pengepak. Kebiasan buruk berupa
pemberian kode nama pemilik hendaknya dihilangkan, sebab yang mengenal kode
tersebut hanya perwakilan si pengusaha atau pedagang itu sendiri.
Dengan pengepakan yang
baik, banyak keuntungan yang diperoleh, antara lain dalam pengangkutan,
komoditi akan terlindung dari kerusakan fisik, mudah dalam penghitungannya dan
mudah dalam penyusunan baik di dalam alat pengangkut maupun di dalam gudang
penyimpanan.
Biasanya pengangkutan hasil
panen dilakukan sesuai dengan tujuan pengirimnya. Pengangkutan dengan volume
kecil dan ditujukan kepedagang-pedagang setempat dapat dilakukan dengan tenaga
manusia, hewan atau kendaran bermotor. Pengangkutan dalam jarak jauh dengan
volume yang lebih besar dapat menggunakan kapal, kereta api, atau pesawat
terbang. Dalam memilih alat pengangkutan ini, yang penting adalah kelancaran
atau cepatnya sampai tujuan dan dipilih yang biayanya murah. Selain itu alat
tersebut harus bebas dari bau-bauan karena dapat meresap ke dalam hasil yang
diangkut.
Dalam menyusun karung
maupun peti harus teratur, terutama yang menyangkut letak dan tinggi susunan.
Letak susunan karung hendaknya diberi antara sehingga peredaran udara akan
lebih leluasa. Tinggi susunan juga diperhatikan, jangan sampai karung atau peti
paling bawah rusak karena terkena beban yang terlalu berat. Agar komoditi tidak
cepat rusak maka sebaiknya didalam alat pengangkut diberi pendingin terutama
untuk angkutan jarak jauh.
Pengepakan untuk Konsumen
Umumnya konsumen
menghendaki buncis dalam keadaan segar, bersih, sehat dan mempunyai ukuran yang
sama. Untuk itu diperlukan pengepakan lagi sebelum sampai kekonsumen.
Pengepakan ini telah dilakukan oleh produsen yang memasok buncis kepasar swalayan.
Tiap pak mempunyai berat sekitar 1-1,5 kg dan berisi buncis yang seragam
ukurannya.
Menurut persetujuan pembeli dan penjual.
VI.
REFERENSI
6.1.
Daftar Pustaka
a) Rahmat Rukmana, cetakan kedua tahun 1998,
"Bertanam Buncis", penerbit Kanisius
0 komentar:
Posting Komentar