(Raphanus sativus L.)

1.1. Sejarah Singkat
Lobak termasuk tanaman
sayuran umbi dari suku kubis-kubisan (Cruciferne atauBrassicaceae). Tanaman ini
diduga berasal dari Cina, sehingga populer disebut Lobak Cina (Chinese Radish).
Dugaan lain menyebutkan asal mula tanaman lobak adalah Jepang, kemudian
menyebar luas ke berbagai negara di dunia, terutama di kawasan Asia.
1.2. Sentra Penanaman
Sentra
pembudidayaan lobak secara komersial dimulai oleh Taiwan dan Filipina. Pada
tahun 1950 di Taiwan terdapat areal tanaman lobak seluas 16.000 hektar dan
tahun 1964 terdapat seluas 12.000 hektar dengan tingkat produksi 122.000 metrik
ton.
Di Indonesia pengembangan
budidaya lobak terkonsentrasi di beberapa daerah di dataran tinggi, di
antaranya adalah Lembang, Pangalengan, Pacet dan Cipanas (Bogor).
Hampir di sebagian besar
propinsi di Indo-nesia, kecuali Lampung, Daerah Istimewa Yogyakarta, NTT, Timor
Timur, Sulawesi Tenggara dan Irian Jaya. Daerah pusat produsen lobak yang
paling luas adalah Jawa Barat, kemudian disusul Bengkulu, Sumatera Utara dan
Kalimantan Barat.
1.3. Jenis Tanaman
Kedudukan
tanaman lobak dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai
berikut:
a) Kongdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan).
b) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji).
c) Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup).
d) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua).
e) Famili : Brassicaceae (Cruciferae).
f) Spesies : Raphanus sativus L.
Kerabat dekat R. sativus L. yang sudah umum
dikenal dibedakan atas tiga varietas, yaitu:
1. Lobak (R. sativus L. var.
hortensis Backer).
2. Rades (R. sativus L. var. radicula Pres. A.
DC.).
3. Lobak hitarn (R. sativus L. var. niger Mirat).
1.4. Manfaat Tanaman
Umbi lobak
dapat dimakan mentah sebagai lalapan, dibuat acar/asinan dan pencampur soto.
Daun-daunnya yang masih muda enak pula dijadikan lalapan mentah ataupun masak.
Biji lobak digunakan untuk obat masuk angin, memperlancar buang air kecil, dan
obat menahan pendarahan.
Mengkonsumsi lobak dapat
juga berfungsi untuk memperbaiki daya kerja buah pinggang, menghilangkan lendir
dalam kerongkongan, membersihkan darah, menyembuhkan demam dan sebagai obat
batuk. Tetapi bagi wanita-wanita yang sedang menyusui anaknya jangan memakan
lobak, karena dapat berpengaruhi kurang baik terhadap bayinya.
2.1. Iklim
a. Lobak tumbuh di daerah yang
beriklim dingin (sub-tropis). Di daerah yang beriklim panas (tropis) seperti
Indonesia, lobak dapat tumbuh pada suhu udara yang sejuk antara 15,60-21,1
derajat C.
b. Kelembaban (rH) yang baik untuk tanaman ini
berkisar antara 70-90%.
c. Cukup mendapat sinar matahari dan keadaan air
tanahnya memadai.
d. Tanaman ini tidak tahan
terhadap curah hujan yang tinggi selama masa pertumbuhannya, karena dapat
menyebabkan busuknya umbi dan risiko serangan penyakit cukup tinggi.
2.2. Media
Tanam
a. Tanaman lobak membutuhkan
kondisi tanah yang subur, gembur, mengandung bahan organik, lapisan olah
tanahnya cukup dalam, tidak banyak mengandung kerikil.
b. Jenis tanah ideal adalah
Andosol. Yang mempunyai ketebalan solum tanah antara 100-225 cm, berwarna
hitam/kelabu sampai coklat tua, strukturnya remah dan konsistensinya gembur.
c. Keasaman tanah (pH) yang
baik berkisar antara 6,0-6,8.
2.3. Ketinggian
Tempat
Tanaman lobak dapat tumbuh
di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) pada ketinggian ± 1.100 m
dpl-1.250 m dpl. Kondisi lingkungan tumbuh yang paling baik untuk tanaman ini
adalah di dataran tinggi antara 1.000-1.500 m dpl.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
Lobak
diperbanyak secara generatif dengan biji-bijinya. Kebutuhan benih/ha lahan
adalah ± 4 kg dengan daya kecambah di atas 80%. Biji lobak dapat dengan mudah
diperoleh di toko-toko sarana produksi pertanian terdekat, terutama biji
(benih) lobak hibrida. Sedangkan lobak kultivar lokal dapat dibijikan oleh
petani dengan cara menyisakan beberapa tanaman di kebun untuk dipelihara hingga
bijinya tua (matang) di pohon.
3.1.1. Persyaratan Benih/Bibit
Syarat dan ciri biji lobak yang baik adalah
sebagai berikut:
a) Biji tampak bernas dan utuh (tidak cacat).
b) Mempunyai daya kecambah (germination capacity)
tinggi, yakni lebih dari 80%.
c) Kadar air dalam biji berkisar antara 9-12%.
d) Bebas dan wabah penyakit-penyakit berbahaya
(seed-borne disease).
e) Tidak mengandung campuran biji-biji atau benda
lain.
3.1.2. Penyiapan Bibit
Tanaman yang akan digunakan
sebagai bibit ditanam terpisah oleh tanaman untuk konsumsi, caranya dari bibit
yang telah tumbuh dipilih tanaman yan pertumbuhannya paling baik. Bibit yang
terpilih dipindahkan lahan yang lain. Dari setiap bunga yang muncul pada satu
tanaman disisakan 5-6 tangkai bunga yang terbaik. Bunga dirawat sampai mampu
menghasilkan biji.
Setelah menghasilkan biji
yang siap diambil sebagai benih, bunga mengering dan warnanya berubah
kecoklatan. Hal ini terjadi pada saat tanaman berumur sekitar 4-5 bulan.
Untuk mempertahankan
mutunya, benih harus disimpan dengan baik dan tepat. Benih yang sudah
dibersihkan dan dikeringkan sebaiknya dimasukkan ke dalam wadah yang tertutup
rapat dan disimpan pada tempat yang dingin dan kering.
3.1.3.
Teknik Penyemaian Benih
b. Syarat-syarat lokasi persemaian:
1. Tanah tidak mengandung hama
dan penyakit atau faktor-faktor lain yang merugikan.
2. Lokasi mendapat penyinaran cahaya matahari
cukup.
3. Dekat dengan sumber air bersih.
4. Lokasi jauh dari sumber hama dan penyakit.
c. Penyemaian dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Dalam petak semaian
Dilakukan
dengan dua cara yaitu sebar langsung dan penanaman dengan jarak tanam tertentu
(sempit). Keuntungannya adalah hemat waktu, permukaan petak semaian sempit dan
jumlah benih persatuan luas banyak. Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan
benih banyak, penyiangan gulma sukar, memerlukan tenaga kerja terampil terutama
saat pemindahan bibit ke lahan
2. Dengan bumbung (koker atau polybag)
Bumbung dapat terbuat dari
daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran diameter dan tinggi 5 cm atau dengan
polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm.
3. Kombinasi cara 1 dan 2
Pertama benih
disebar di petak persemain, setelah berumur 4-5 hari (berdaun 3-4 helai),
dipindahkan kedalam bumbung.
4. Penanaman langsung
Yaitu dengan menanam benih
langsung ke lahan. Kelebihannya adalah waktu, biaya dan tenaga lebih hemat,
tetapi kelemahannya adalah perawatan yang lebih intensif.
d. Persiapan media semai
Lahan berbentuk bedeng
selebar 110-120 cm, memanjang Utara-Selatan, tanahnya diolah sedalam ± 30 cm
dan dibersihkan dari segala macam kotoran termasuk bekas-bekas akar. Lahan
digemburkan dan dicampur pupuk kandang (2:1/1:1), lalu diratakan kembali. Tutup
bedengan dengan lembaran plastik setinggi 1,25-1,50 meter (Timur) dan 0,80-1,00
meter (Barat).
Lahan persemaian dapat
diganti dengan kotak persemaian dan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Buat medium terdiri dari tanah, pasir dan pupuk
kandang (1:1:1).
2. Buat kotak persemaian kayu
(50-60 cm x 30-40 cm x 15-20 cm) dan lubangi dasar kotak untuk drainase.
3. Masukkan medium kedalam kotak dengan tebalan
10-15 cm.
Bila menyemai dalam bumbung
atau polybag, diisi dengan campuran tanah halus dengan pupuk kandang (2:1)
sebanyak 90%.
Dibeberapa daerah, media
semai disterilkan dahulu dengan mengkukus media semai pada temperatur 55-100
derajat C selama 30-60 menit atau dengan menyiramkan larutan formalin 4%,
ditutup lembar plastik (24 jam), lalu diangin-anginkan. Cara lain dengan
mencampurkan media semai dengan zat fumigan Basamid-G (40-60 gram/ m2) sedalam
10-15 cm, disiram air sampai basah dan ditutup dengan lembaran plastik (5
hari), lalu plastik dibuka, dan lahan diangin-anginkan (10-15 hari).
Yang harus diperhatikan
adalah naungan bedengan. Naungan berfungsi untuk mengurangi cahaya matahari dan
menghindari pukulan air hujan yang dapat merusak tanaman muda. Naungan dapat
menggunakan lembaran plastik atau lembaran tembus cahaya lainnya.
1. Siram tanah satu hari sebelum penyemaian.
2. Buat alur-alur penanaman saling menyilang (5-10
cm).
3. Pada titik-titik
persilangan atau tiap bumbung polybag, taburkan benih lobak (1 benih untuk satu
titik) atau tanam bibit stek.
4. Tutup benih dengan tanah halus tipis-tipis.
5. Siram dengan gembor yang berlubang halus.
6. Penyemaian biasanya dilakukan pada pagi atau
sore hari.
3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap
hari pada pagi dan sore hari untuk mencegah terjadinya kekeringan, sehingga
biji lobak tidak dapat tumbuh, penyiraman dilakukan dengan menggunakan alat
gembur yang mempunyai lubang halus.
b. Mengatur naungan
Pada stadia
perkecambahan,lobak tidak dapat menerima cahaya yang berlebihan, sehingga
diperlukan pengaturan. Persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan
sore mulai pukul 15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari terlalu panas dan
kurang menguntungkan bagi bibit. Selain itu, saat terjadi hujan, naungan harus
ditutup untuk menghindari pukulan air hujan yang dapat merusak bibit.
c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan
terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit, dilakukan
dengan mencabuti rumput-rumput atau gulma lainnya yang tumbuh disela-sela
tanaman pokok.
d. Pemupukan
Pemupukan yang
dimaksudkan ini adalah pemberian pupuk susulan sebagai tambahan yang diberikan
setelah bibit disemaikan. Caranya adalah dengan melarutkan pupuk NPK secukupnya
kedalam air siraman tanaman.
e. Pencegahan dan pemberantasan hama-penyakit
Hama yang
menyerang biji yang belum tumbuh dan tanaman muda adalah semut, siput, bekicot,
ulat tritip dan ulat pucuk, molusca dan cendawan. Sedangkan, penyakit adalah
penyakit layu. Pencegahan dan pemberantasan digunakan Insektisida dan fungisida
seperti Furadan 3 G, Antrocol, Dithane, Hostathion dan lain-lain.
3.1.5.
Pemindahan Bibit
Dilakukan hanya
bila benih disemai di tempat persemaian. Pemindahan ke lahan dilakukan pada
usia 1 bulan atau bila bibit telah berdaun 3-4 helai karena telah mempunyai
perakaran yang kuat. Tetapi terkadang pada usia 10-15 hari bibit dipindahkan
dahulu ke bumbung (koker), setelah itu ke lahan penanaman.
Pemindahan bibit dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Dengan sistem cabut, yaitu
bibit dan dicabut dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Bila disemai pada
polybag, pengambilan bibit dilakukan dengan cara membalikkan polybag dengan
batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag
ditepuk-tepuk perlahan hingga bibit keluar. Bila bibit disemai pada bumbung
daun pisang atau daun kelapa, bibit dapat ditanam bersama bumbungnya.
b. Dengan sistem putaran,
caranya tanah disiram dan bibit dengan diambil beserta tanahnya 2,5-3 cm dari
batang dengan kedalaman 5 cm.
3.2. Pengolahan
Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Syarat utama dalam
pemilihan tanah untuk bertanam lobak adalah lahan terpilih bukan bekas
penanaman tanaman yang sefamili. Pengolahan tanah untuk kebun lobak sebaiknya
dilakukan dua kali, terutama pada tanah-tanah bukaan baru.
Pengolahan tanah yang
pertama adalah dicangkul atau dibajak sedalam 30-40 cm, kemudian hasil olahan
tersebut dibiarkan selama minimal 15 hari dikeringanginkan. Pada saat
pengolahan tanah perlu juga dilakukan pemberian pupuk organik yang berupa pupuk
kandang masak sebanyak 10 ton/ha tujuannya adalah sebagai pupuk dasar.
3.2.3. Pembentukan Bedengan
Tanah yang
sudah digemburkan, kemudian diratakan dan dibuat alur-alur/bedengan. Sebaiknya
arah bedengan memanjang Timur-Barat agar tanaman dapat menerima cahaya matahari
sebanyak-banyaknya. Bedengan dibuat dengan lebar 1,5-2 m panjangnya disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi lahan. Tinggi bedengan di tanah kering 15 cm,
sedangkan di tanah yang terendam dapat lebih tinggi lagi.
Diantara bedengan perlu
dibuatkan parit dengan lebar 25-30 cm dan kedalaman kira-kira 30 cm. Panjang
parit sesuai dengan panjang bedengan itu sendiri. Tanah galian dari parit di
letakkan di kiri kanan parit dan digunakan untuk membentuk bedeng, sampai
ketinggian bedeng sekitar 15-30 cm. Parit ini berguna untuk saluran drainase
serta memudahkan penanaman dan pemeliharaan tanaman.
3.2.4. Pengapuran
Fungsi untuk menaikkan pH
tanah dan mencegah kekurangan unsur hara makro maupun mikro. Dosis pengapuran
bergantung kisaran angka pH-nya, umumnya antara 1-2 ton kapur per hektar. Jenis
kapur yag digunakan antara lain: Captan (calcit) dan Dolomit.
3.2.5. Pemupukan
Pada umumnya
para petani jarang melakukan pemberian pupuk buatan (anorganik). Padahal untuk
mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi perlu dipacu dengan
pemberian pupuk buatan sebagai berikut:
a. Jenis dan dosis pupuknya
adalah campuran N, P, dan K atau dengan pupuk ZA, TSP dan KCl (1: 2:1) sebanyak
3-5 gram/tanaman atau dosis per hektarnya terdiri dari: 100 kg ZA, 200 kg TSP
dan 100 kg KCl.
b. Waktu pemupukan dilakukan
bersamaan dengan kegiatan penyjangan dan pengguludan, yaitu pada waktu tanaman
berumur 2-3 minggu setelah sebar biji (tanam).
c. Cara pemupukannya adalah
dengan disebar (ditabur) merata pada larikan diantara barisan tanaman sejauh ±
5 cm dari batangnya, kemudian segera ditutup dengan tanah tipis, lalu disiram
hingga tanahnya cukup basah.
3.3. Teknik
Penanaman
3.3.1 Pola Penanaman
Cara menanam lobak relatif
praktis, yaitu biji-bijinya ditaburkan tipis dan merata sepanjang alur-alur
(garitan) yang telah dipersiapkan jauh sebelumnya, tetapi untuk memudahkan
penjarangan sebaiknya benih ditabur diberi jarak 5-10 cm. Sehingga populasi
tanaman per hektar sekitar 250.000-500.000 tanaman.
3.3.2. Cara Penanaman
Tanaman lobak
dapat ditanam sepanjang tahun, baik musim hujan maupun kemarau asalkan
kebutuhan airnya tercukupi. Karena itulah komoditi ini selalu tersedia di
pasaran setiap saat. Benih ditanam dengan kedalaman 1-2 cm. Setelah itu, biji
ditutup dengan tanah tipis, lalu tanahnya segera disiram hingga cukup basah
(lembab). Biji lobak akan berkecambah setelah 4-5 hari kemudian.
3.4.1. Penjarangan
Bersamaan
dengan kegiatan penyiangan dan pengguludan, dilakukan pula penjarangan tanaman.
Cara penjarangan tanaman lobak adalah dengan mencabut tanaman yang tumbuhnya
kerdil (abnormal) dan meninggalkan tanaman yang subur pada jarak antar-tanaman
menjadi ± 20 cm atau mencapai 30-40 cm
3.4.2. Penyiangan dan Pengguludan Tanaman
Tatalaksana kegiatan penyiangan dan pengguludan
adalah sebagai berikut:
a. Waktu penyiangan dan
pengguludan biasanya dilakukan pada waktu tanaman berumur 2-3 minggu dari waktu
menabur benih (tanam).
b. Cara penyiangan rumput liar
adalah dengan membersihkan tumbuh-tumbuhan yang tidak dikehendaki dengan alat
bantu kored ataupun cangkul secara hati-hati agar tidak merusak (melukai)
perakaran tanaman. Sedangkan cara menggulud adalah dengan menimbun alur-alur
(garitan) dengan tanah yang ada di antara barisan tanaman lobak hingga
membentuk guludan-guludan kecil yang struktur tanahnya gembur.
3.4.3. Pengairan dan Penyiraman
Pada fase awal
perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang masih kecil perlu kondisi media
tanam cukup lembab (cukup basah), tetapi tidak terlalu becek. Oleh karena itu,
kegiatan penyiraman (pengairan) harus kontinu, terutama pada musim kemarau.
Kegiatan penyiraman dilakukan sebagai berikut:
a. Waktu penyiraman yang
paling baik adalah pagi dan sore hari, yakni saat penguapan alr dari dalam
tanah dan suhu udaranya tidak terlalu tinggi.
b. Cara pengairannya adalah
dengan menggunakan alat bantu embrat (gembor) disiram hingga tanahnya basah
ataupun dengan cara di-leb selama 15-30 menit, kemudian airnya dibuang kembali
melalui saluran pembuangan.
3.5. Hama dan
Penyakit
3.5.1. Hama
a. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.)
Ciri: (1) imago dari hama
ini aktif terbang pada senja dan malam hari; (2) ulat tanah berwarna hitam atau
hitam keabu-abuan, aktif merusak tanaman pada malam hari, dan bersifat pemangsa
segala jenis tanaman (polifag); (3) lamanya siklus (daur) hidup antara 6-8
minggu. Gejala: terkulai atau rebahnya bagian tanaman yang diserang, terutama pangkal
daun atau titik tumbuh tanaman yang masih muda. Pengendalian: (1) non-kimiawi,
mengumpulkan ulat kemudian dibunuhnya, dan menjaga kebersihan kebun dari
rumput-rumput liar (gulma) maupun sisa-sisa tanaman sebagai tempat (sarang)
hama. (2) kimiawi, menggunakan insektisida Furadan yang disebar dan dicampur
merata dengan tanah sewaktu akan tanam, atau disemprot dengan insektisida
seperti Hostathion 40 EC 1-2 cc/liter pada perrnukaan tanah di sekeliling
tanaman.
b. Ulat daun kubis (Plutella xylostella L.)
Ciri: (1) imago
dan hama mi berupa ngengat kecil berwarna coklat kelabu, dan aktif pada senja
hingga malam hari; (2) larva (ulat) terdiri atas empat instar yang ukuran
panjag optimal pada instar III-IV mencapai 1 cm; (3) lamanya daur hidup hama
ini sekitar 21 hari. Gejala: daun berlubang-lubang kecil tidak beraturan. Pada
tingkat serangan yang berat menyebabkan daging daun (epidermis) rusak dan hanya
tinggal tulang-tulang daunnya saja. Serangan berat umumnya terjadi pada musim
kemarau.
Pengendalian: (1) non-kimiawi, pergiliran tanaman yang bukan sefamili,
penanaman tanaman perangkap (trap crop) misalnya dengan Rape atau mustard dan
menjaga kebersihan kebun; (2) kimiawi, disemprot dengan insektisida selektif
seperti Dipel WP, Bactospeine WP Florbac FC, Agrimec 18 EC atau Thuricide HP
pada konsentrasi yang dilanjutkan.
c. Kumbang daun (Phylloreta vittata F.)
Ciri: (1) kumbang daun
ukurannya kecil, berwarna hitam atau kecoklat-coklatan dengan sayap berwarna
kuning; (2) telur diletakkan secara berkelompok pada kedalaman tanah sekitar
2-3 cm, sedangkan pupanya berada pada kedalaman tanah ± 5 cm; (3) lamanya daur
hidup kumbang daun berkisar antara 3-4 minggu. Gejala: daun menjadi
berlubang-lubang kecil. Serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau.
Pengendalian: (1) non-kirniawi, menjaga kebersihan kebun dari rumput-rumput
liar (gulma) maupun sisa-sisa tanaman dan melakukan pergiliran tanaman yang
bukan sefamili; (2) kimiawi, disemprot dengan insekusida yang efektif seperti
Orthene 75 SP pada konsentrasi 1-2 cc/liter.
3.5.2. Penyakit
a. Bercak daun
Penyebab: cendawan
Cercospora brassicicola P. Henn. Gejala: mula-mula tampak bercak-bercak kecil
kebasah-basahan pada tepi daun, kemudian bercak berkembang ke dalamjaringan
daun sehingga warnanya berubah menjadi kecoklat-cokiatan. Pengendalian: (1)
non-kimiawi, yaitu dengan melakukan pencabutan tanaman yang sakit agar tidak
menular kepada tanaman yang sehat dan melakukan pergiliran tanaman yang bukan
sefamili; (2) kimiawi, yaitu disemprot dengan fungisida yang efektif misalnya
Dithane M-45 pada konsentrasi yang dianjurkan.
b. Busuk lunak
Patogen
penyakit busuk lunak adalah bakteri Erwinia carotovora (L.R. Jones) Holland.
Gejala: tampak bercak-bercak kebasah-basahan berwarna cokiat pada daun,
kemudian membesar dan mengendap (melekuk) bentuknya tidak teratur. Lambat laun
bercak kebasah-basahan tadi berubah warnanya menjadi krem atau
kecoklat-coklatan dan agak berbutir-butir halus. Pengendalian: (1) non-kimiawi,
melakukan sanitasi kebun atau menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman
sakit sebelum penanaman, menghindari luka mekanis pada waktu pemeliharaan
tanaman dan memperbaiki drainase tanah agar kondisi kebun tidak lembab, serta
melakukan pergiliran tanaman yang bukan sefarnili; (2) kimiawi, disemprot
bakterisida yang efektif, misalnya Agrept atau Agrimysin pada konsentrasi yang
dianjurkan.
c. Layu dan busuk akar
Patogen
penyakit ini adalah cendawan Pythium splendens Braun. Gejala: tanaman menjadi
layu, batang dan akarnya membusuk. Kelayuan tanaman dimulai dari ujung-ujung
daun tanaman dewasa. Serangan penyakit itu terjadi pada tanah yang terlalu
basah. Pengendalian: (1) non-kimiawi, memperbaiki drainase tanah, pergiliran
tanaman, dan menjaga kondisi kebun agar tidak terlalu lembab, serta mencabut
tanaman yang sakit agar tidak menular kepada tanaman yang sehat; (2) kimiawi,
disemprot fungisida yang efekuf, misalnya Derosal 60 WP pada konsentrasi yang
dianjurkan.
3.5.3.
Penyakit Lain
Beberapa
penyakit lain yang sering menyerang tanaman lobak di antaranya adalah : (1)
Karat putih oleh cendawan Albugo candida (Pers.) Russel penyebab terjadinya
kelainan bentuk daun (maijornasi), narnun tidak menimbulkan kerugian yang
berarti. (2) Daun menguning dan busuk akar oleh cendawan Fusarium oxysporum f.
raphani Kendr. Dan Snyder. (3) Tepung berbulu oleh cendawan Peronospora
parasitica (Pers.) Fries. penyebab bercak daun berwarna kuning (kiorosis)
hiugga cokiat-ungu dan tekstur daun seperti kertas. Pengendalian: dapat
dilakukan dengan pola pergairan tanaman, perbaikan drainase tanah, sanitasi kebun
dan disemprot fungisida yang efektif misalnya Dithane M-45, Afugan 300 EC atau
Derosal 60 WP pada konsentrasi yang dianjurkan.
3.6.1.
Ciri dan Umur Panen
Hasil utama
dari tanaman lobak adalah umbinya dan juga daun-daunnya (lobak daun). Ciri-ciri
lobak sudah saatnya dipanen sangat tergantung pada jenisnya, yakni sebagai
berikut:
a. Lobak daun, ditandai dengan
pertumbuhan daun-daunnya telah maksimal (lebat), tidak terlalu tua, dan umumya
berkisar antara 25-60 hari setelah tanam.
b. Lobak umbi, yakni ditandai
dengan ukuran umbinya sudah besar (maksimal), belum terlalu tua, dan umumya
berkisar antara 40-90 hari setelah tanam atau tergantung varietasnya
3.6.2.
Cara Panen
Cara panen
lobak adalah mencabut seluruh bagian tanaman dengan tangan atau alat bantu
kored maupun cangkul secara hati-hati agar tidak mengenai umbi. Panen lobak
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, yakni pada saat suhu udara dan
penguapan air tidak terlalu tinggi.
3.6.3.
Periode Panen
Lobak adalah tanaman sayuran sekali panen yang
langsung dipanen permusim tanam.
3.6.4.
Prakiraan Produksi
Pada tanaman
yang baik dapat menghasilkan minimal antara 15-20 ton/hektar pada lobak
kultivar lokal. Sedangkan produksi lobak hibrida dapat mencapai tiga kali lipat
dari lobak lokal, karena tiap tanaman dapat menghasilkan umbi seberat 0,5-1,0
kg atau lebih.
3.7.
Pascapanen
3.7.1
Pengumpulan
Hasil panen
lobak, baik berupa umbi maupun daun (lobak daun) dikumpulkan di tempat
penampungan sementara untuk memudahkan penanganan berikutnya.
3.7.2
Penyortiran dan Penggolongan
Di tempat
penampungan hasil, umbi lobak dibersihkan dari daun-daunnya, yakni dengan cara
memotong tangkai daun untuk ditinggalkan bersama umbinya sepanjang 4-5 cm.
Bersamaan dengan pembersihan daun, dilakukan pula sortasi atau pemisahan umbi
yang abnormal, rusak atan cacat secara tersendiri. Sedangkan lobak daun hanya
membuang (membersihkan) beberapa helai daun tua, kemudian disortasi berdasarkan
ukuran yang seragam.
Untuk sasaran
pasar swalayan atau diekspor, umbi-umbi ataupun daun-daun lobak sebaiknya
dikiasifikasikan menurut jenis dan ukuran yang seragam. Misalnya saja kelas
umbi lobak merah dengan ukuran panjang 20 cm dan beratnya rata-rata 400
gram/umbi, atau umbi kelas umbi putih dengan berat rata-rata 800 gram/umbi.
Pengklasiflkasian ini disesuaikan dengan permintaan pasar.
3.7.3.
Penyimpanan
Untuk mempertahankan
kesegaran dan memperpanjang daya simpan umbi, ataupun daun-daun lobak maka
tempat penyimpanannya dilakukan di ruangan yang dingin (coolstorage) atau menggunakan
remukan es.
3.7.4.
Pengemasan
Pengemasan umbi ataupun
daun-daun lobak untuk memudahkan pengiriman ke pasar lokal biasanya dilakukan
dalam keranjang bambu atau plastik, sedangkan untuk sasaran ke pasar swalayan
atau diekspor biasanya dikemas dalam kontainer plastik yang ditutup polietiline
berlubang kecil.
Lobak mudah
sekali mengalami kerusakan sehingga daya simpannya tidak akan bertahan lama.
Untuk mengatasinya adalah dengan mengubah bentuk bahan tersebut menjadi bahan pangan
yang bisa disimpan lama. Caranya dengan melalui proses pengolahan. Bentuk
olahan lobak yang cukup komersial ialah diawetkan menjadi pikel.
IV.
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1.
Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha
tani lobak hibrida (Daikon) seluas 1,0 hektar per musim tanam ± 3 bulan di
daerah Jawa Barat tahun 1999
a.
Biaya produksi
|
|||
1.
|
Sewa lahan per musim
|
Rp.
|
500.000,-
|
2.
|
Benih: 4 kg
|
Rp.
|
200.000,-
|
3.
|
Pupuk
|
||
- Pupuk kandang: 20 ton @
Rp. 150,-
|
Rp.
|
3.000.000,-
|
|
- ZA 100 kg @ Rp. 1.250,-
|
Rp.
|
125.000,-
|
|
- TSP 200 kg @ Rp. 1.800,-
|
Rp.
|
360.000,-
|
|
- KCl 100 kg @ 1.650,-
|
Rp.
|
165.000,-
|
|
4.
|
Pestisida
|
Rp.
|
800.000,-
|
5.
|
Tenaga kerja
|
||
- Mengolah tanah
(borongan)
|
Rp.
|
750.000,-
|
|
- Pasang pupuk kandang
& buat garitan (alur-alur)
|
Rp.
|
450.000,-
|
|
- Penananam 30 HKW
|
Rp.
|
225.000,-
|
|
- Pengairan (penyiraman)
|
Rp.
|
200.000,-
|
|
- Siangan, pupuk &
penjarangan 50 HKW + 5 HKP
|
Rp.
|
425.000,-
|
|
- Penyemprotan
|
Rp.
|
200.000,-
|
|
- Panen dan pascapanen 50
HKW + 20 HKP
|
Rp.
|
575.000,-
|
|
6.
|
Biaya lain-lain
(cadangan)
|
Rp.
|
500.000,-
|
Jumlah biaya produksi
|
Rp.
|
8.475.000,-
|
|
b.
Pendapatan: 90.000 tanaman x 0,8 kg @ Rp. 150,-
|
Rp.
|
10.800.000,-
|
|
c. Keuntungan
|
Rp.
|
2.325.000,-
|
|
d.
Parameter kelayakan usaha
|
|||
1.
|
Rasio output/input
|
Rp.
|
= 1,274
|
Keterangan : HKP (Hari Kerja Pria) HKW (Hari
Kerja Wanita).
4.2.
Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek
pengembangan budidaya lobak di Indonesia amat cerah. Selain keadaan wilayah
nusantara cocok untuk lobak, juga berdampak positif terhadap peningkatan
pendaptan petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja,
pengembangan agribisnis, pengurangan impor dan peningkatan ekspor
Usaha lobak
secar intensif sistem agribisnis memberikan keuntungan yang memadai. Bahkan
akhir-akhir ini peluang pasar lobak makin luas dan beragam, diantaranya adalah
bentuk umbi segar, umbi beku segar, dan umbi muda segar.
5.1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup
meliputi klasifikasi dan standar mutu, cara pengambilan contoh dan cara
pengemasan.
5.2. Diskripsi…
5.3. Klasifikasi
dan Standar Mutu
Untuk sasaran
pasar swalayan atau diekspor, umbi-umbi ataupun daun-daun lobak sebaiknya
dikiasifikasikan menurut jenis dan ukuran yang seragam. Misalnya saja kelas
umbi lobak merah dengan ukuran panjang 20 cm dan beratnya rata-rata 400 gram/umbi,
atau umbi kelas umbi putih dengan berat rata-rata 800 gram/umbi.
Pengklasiflkasian ini disesuaikan dengan permintaan pasar.
5.4. Pengambilan Contoh
Contoh diambil
secara acak dari jumlah kemasan yang ada. Dari setiap kemasan diambil contoh
sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak
bertingkat (stratified random sampling) sampai diperoleh minimum 3 kg untuk
dianalisis. Jumlah kemasan yang diambil dalam pengambilan contoh dalam lot
adalah :
a) Jumlah kemasan 1 sampai 100, contoh yang
diambil=5.
b) Jumlah kemasan 101 sampai
300 , contoh yang diambil=7.
c) Jumlah kemasan 301 sampai 500, contoh yang
diambil= 9.
d) Jumlah kemasan 501 sampai 1000, contoh yang
diambil=10.
e) Jumlah kemasan lebih dari 1000, contoh yang
diambil=minimum 15.
Petugas
pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman atau
dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.
5.5. Pengemasan
Pengemasan umbi
ataupun daun-daun lobak untuk memudahkan pengiriman ke pasar lokal biasanya dilakukan
dalam keranjang bambu atau plastik, sedangkan untuk sasaran ke pasar swalayan
atau diekspor biasanya dikemas dalam kontainer plastik yang ditutup polietiline
berlubang kecil.
Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang
bertuliskan antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Nama barang/kultivar.
c) Nama perusahaan/eksportir.
d) Barat bersih.
f) Kelas mutu.
g) Identitas pembelian.
h) Tanggal panen dan perkiraan daya tahan.
i) Petunjuk cara penanganan yang dianjurkan.
VI. REFERENSI
6.1 Daftar Pustaka
a) Biro Pusat Statistik. 1991.
Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia. BPS Jakarta-Indonesia.
b) Direktorat Gizi Depkes R.I.
1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
c)
Haryono Semangun. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Gadjah Mada University Press.
d) Rahmat Rukmana. 1994.
"Kini Tersedia Daikon Hibrida Ukuran Raksasa." Dalam: Suara Karya
Edisi Rabu, 28 September 1994.
e) Nur Berlian Venus Ali &
Estu Rahayu, cetakan kedua tahun 1995. " Wortel dan Lobak " Penebar
Swadaya
f) Rahmat Rukmana. Cetakan pertama tahun 1995.
" Bertanam Lobak " penerbit Kanisius
0 komentar:
Posting Komentar