Pages

barley



Barley


Tanaman tembakau merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Sebagai tanaman yang bernilai tinggi, tembakau juga memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang intensif agar diperoleh mutu yang tinggi. Perawatan dan pemeliharaan mulai dari pesemaian, penanaman sampai dengan panen. Mutu tembakau ditentukan sejak dari lapang. Daun-daun mempunyai potensi menjadi daun berkualitas baik hanya berasal dari tanaman yang betul-betul dirawat.
Dalam materi budidaya ini diuraikan cara-cara pemeliharaan tembakau burley mulai dari pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan.

PEMBIBITAN
Mutu bibit yang diperoleh tergantung pada benih yang digunakan maupun cara menyelenggarakan pembibitan. Untuk mendapatkan tanaman tembakau yang seragam, berproduksi dan bermutu tinggi dibutuhkan benih dengan syarat :
a.  Murni, tidak tercampur varietas lain.
b.  Tidak tercampur biji tanaman lain.
c.   Daya kecambah tinggi.
Sasaran pembibitan burley adalah diperolehnya bibit dengan kriteria :
a.  Tinggi bibit 10-12 cm.
b.  Batang keras.
c.   Sehat, tidak terserang penyakit.
d.  Perakaran bagus dan banyak.
e.  Umur 55-60 hari.
Untuk memperoleh bibit seperti kriteria di atas harus memperhatikan persyaratan lokasi pembibitan sebagai berikut :
a.  Bebas dari naungan dan mendapat sinar matahari terutama pagi hari.
b.  Dekat/mudah masuk dan keluar air.
c.   Jauh dari kandang ternak.
d.  Terhindar dan bukan bekas tanaman sefamili (solanaceae) seperti tomat, cabe, terung, dll.
Pemilihan lokasi dilakukan 30 hari sebelum sebar benih.
            Pembuatan bedengan diawali dengan pembabatan jerami sampai pangkal batang, kemudian dibuat got keliling dengan ukuran lebar x dalam 40 x 40 cm. Dilanjutkan dengan bajak I 25 hari sebelum sebar benih. Bajak I ini bertujuan agar keadaan tanah agak kering. Pada 14 hari sebelum sebar benih dilakukan bajak II sehingga tanah menjadi gembur dan rata, pada permukaan bedengan tanah berbutir sebesar biji jagung. Setelah bajak ke II dilakukan pembentukan bedengan menggunakan cangkul dengan ukuran panjang 10 m, lebar  atas/permukaan 100 cm dan lebar bawah bedengan 130 cm. Jarak antar bedengan 40 cm, tinggi bedengan 30-35 cm. Pembentukan bedengan dilakukan 10 hari sebelum sebar. Untuk 1 hektar dibutuhkan minimal 6 bedengan, sehingga dibutuhkan lahan sekitar 11 x 11 meter. Apabila sebelum sebar benih turun hujan, maka bedengan ditutupi plastik, dan dijemur kembali saat panas.
Lima hari sebelum sebar benih dilakukan pemupukan NPK fertila sebanyak 1,6 Kg/bed dan juga furadan. Pupuk dan furadan disebar secara merata di atas permukaan bedengan, kemudian tanah permukaan dicangkul kembali dengan kedalaman sekitar 5 cm agar pupuk masuk kedalam tanah bedengan.
Sebelum disebar, benih diberi perlakuan dengan maksud agar benih sudah pecah pada saat ditebar dibedengan. Benih yang sudah pecah akan mempercepat perkecambahan. Perlakuan benih dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.  Siapkan baki plastik.
b.  Isi baki plastik dengan pasir.
c.   Basahi pasir dengan air hingga jenuh.
d.  Hamparkan koran di atas pasir.
e.  Potong kain ukuran 10x10 cm.
f.    Hamparkan kain diatas koran, biarkan sampai basah.
g.  Taburkan 2 buah kapsul berisi benih diatas hamparan kain.
h.   Biarkan benih sampai menyerap air.
i.    Jaga benih jangan sampai kering dengan cara memeriksa kain harus selalu lembab.
j.    Tambahkan air kedalam pasir bila terlihat kain sudah tidak lembab.
Pada hari sebar benih, bedengan disiram air terlebih dahulu hingga basah (± 12 gembor/bed). Kemudian bedengan disemprot dengan larutan insektisida matador (2 ml/liter) dan siram bedengan dengan larutan fungisida ridomil (3 gr/liter).
Benih disebar menggunakan gembor (seeding boom), Cara menyebar benih adalah sebagai berikut :
a.  Masukkan air ke dalam embrat sampai setengah bagian.
b.  Masukkan sedikit sabun krem, aduk.
c.   Masukkan benih yang sudah pecah sebanyak 1 gr, aduk.
d.  Sebar sepanjang bedengan sampai air habis di ujung bed. Posisi seedind boom horizontal.
e.  Isi kembali gembor dengan air, aduk.
f.    Siramkan kembali pada bedengan tersebut, tetapi penyiram berpindah posisi kearah yang berlawanan pada posisi penyiraman awal.
g.  Bedengan lalu ditutupi dengan mulsa jerami/sekam secara merata.
h.   Semprot kembali dengan matador (2 ml/lt).
Setelah benih disebar, bedengan lalu ditutupi dengan penutup plastik (cover). Plastik yang digunakan adalah plastik berwarna putih susu, bukan plastik bening. Pertama-tama pasang lengkung bambu dan patok. Lengkung bambu panjangnya 250 cm dan dipasang dengan jarak 1 m antar lengkungan, sehingga dibutuhkan 10 buah, sedangkan patok bambu dibutuhkan 14 buah per bed. Selanjutnya pasang cover dan ikat dengan tali benang dengan sistem silang supaya tahan dari terpaan angin. Tinggi pinggir cover 10-15 cm dari permukaan bedengan.
Setelah sebar benih, pembibitan memerlukan pemeliharaan agar tujuan pembibitan dapat tercapai. Kegiatan pemeliharaan terdiri dari :
a.   Penyiraman
Penyiraman dilakukan menggunakan gembor dari ujung bed ke ujung bed. Penyiraman sangat perlu dipertimbangkan pada kondisi iklim basah/hujan.
Sepuluh hari pertama dilakukan penyiraman sebanyak 1-2 gembor/bed pada jam 09.00 dan 15.00. Sepuluh hari kedua disiram 1 x sehari sebanyak 4 gembor/bed pada jam 10.00. Sepuluh hari ketiga disiram 1 x sehari sebanyak 8 gembor/bed pada jam 11.00. Sepuluh hari ke empat disiram 1 x sehari sebanyak 15 gembor/bed  pada jam 11.00. Setelah umur 40 hari, saat tinggi bibit ± 10 cm, tidak dilakukan penyiraman untuk merangsang pertumbuhan akar. Akan tetapi apabila dibawah jam sepuluh pagi bibit terlihat layu maka siram dengan air sebanyak 30 gembor/bed.
b.  Pengerasan bibit (Hardening)
Agar bibit mengeras harus dilakukan buka dan tutup cover. Sepuluh hari pertama cover ditutup penuh. Hari ke-11 sampai ke-20 cover dibuka hingga jam 10.00 pagi. Hari ke-21 sampai ke-30 dibuka hingga jam 12.00 siang. Hari ke-31 sampai ke-40 dibuka hingga sore, setelah hari ke-40 dibuka penuh, hanya tutup jika terjadi hujan.
c.   Menghitung populasi,
Menghitung populasi dilakukan pada 14 hari setelah  sebar benih. Prnghitungan dilakukan dengan cara ubinan di tiga tempat pada setiap bedengan. Ubinan menggunakan kayu berbentuk bujur sangkar ukuran 30 x 30 cm. Populasi yang ideal biasanya 40 batang dalam 1 ubinan.  Apabila permukaan bedengan menggunakan jerami maka sekaligus dilakukan pengambilan jerami. Jerami diambil 50 % dari permukaan bedengan.
Pada umur 18 hari setelah sebar dilakukan penjarangan populasi bibit yang padat. Bibit hasil penjarangan jangan dibuang. Pertama-tama siram bedengan kemudian congkel bersama akarnya. Pindahkan ke bedengan dengan jarak tanam 5 cm. Bibit yang baru dipindah jangan sampai kepanasan/terkena sinar matahari.
Pada umur 21 hari setelah sebar jerami diambil seluruhnya dari permukaan bedengan, sedangkan sekam dibiarkan.
d.  Top Dressing
Top dressing adalah kegiatan untuk membentuk daun bibit. Dilakukan apabila daun berukuran kecil dengan menyiramkan KNO3 menggunakan gembor. Gunakan KNO3 sebanyak 10 gr/gembor. Setiap bedengan memerlukan 2 gembor. Kemudian dibilas dengan air sebanyak 6 gembor/bed. Top Dressing dapat diulang kembali apabila diperlukan, misalnya setelah cabut bibit pertama.
e.  Clipping
Clipping yaitu menggunting setengah bagian daun bibit. Clipping dimaksudkan agar pertumbuhan tanaman seragam. Clipping dilakukan 30 hari setelah sebar. Gunakan gunting yang tajam. Gunting ½ bagian daun pada bibit setinggi ± 5 cm. Setiap melewati lengkung bambu celup gunting pada larutan bayclin/sabun cair. Pada umur 42 hari setelah sebar dilakukan clipping kembali apabila pertumbuhan bibit sangat cepat. Kali ini daun bias disisakan ¼ bagiannya.
f.    Pengendalian hama penyakit
Pengendalian hama penyakit dengan obat-obatan dilakukan secara penggunaan minimal dan terbatas. Pengendalian hama Thrips menggunakan confidor pada saat bibit berumur 2 minggu, 4 minggu dan 2-3 hari sebelum tanam dengan dosis 1 ml/liter air. Pengendalian penyakit damping off (busuk kecambah) menggunakan Saromyl 35ES pada saat bibit berumur 4 minggu atau kalau ada serangan damping off dengan dosis 1 ml/lt air. Pengendalian ulat menggunakan Tracer 120 cc apabila ada serangan ulat dengan dosis 0.3 ml/ltr air.
g.  Cabut bibit
Pada umur 2-3 hari sebelum bibit ditanam ke lahan tembakau diberikan pestisida confidor dengan dosis 1 ml confidor/liter air.
Pada umur 7-10 hari sebelum cabut bedengan disiram sampai basah. Tanah bedengan cukup basah sedalam derah perakaran sehingga akar tidak rusak dan masih ada tanah terikut pada saat cabut bibit.
Cabut bibit dilakukan pada bibit berumur 55 s/d 60 hari. Lakukan cabut bibit dengan pemilihan bibit. Bibit yang didahulukan memiliki kriteria :
-     Batang bibit sebesar pensil dan keras.
-     Tinggi bibit 10-12 cm.
-     Warna daun bagus, (coklat muda sampai coklat).
-     Bibit tidak luka/cacat/tertular TMV.
-     Akar banyak dan panjang.
Hitung bibit pada saat pencabutan. Bibit harus segera ditanam setelah dicabut.
h.   Setelah cabut bibit.
Satu hari setelah cabut bibit bedengan disiram sampai basah. Top dressing dilakukan 5 hari setelah cabut dengan menyiramkan pupuk KNO3. Sepuluh hari setelah cabut dilakukan clipping. Dan pada umur 15 hari setelah cabut dilakukan cabut bibit kedua.

PENANAMAN
            Tahapan penanaman diawali dengan kegiatan persiapan lahan, syarat lahan yang baik antara lain :
a.  Struktur tanah ringan (berpasir atau lempung berpasir).
b.  Dekat dengan sumber air dan berdrainase baik.
c.   Tidak ternaung.
d.  Subur.
e.  Ph tanah 5,8 - 6,5.
f.    Bekas tanaman padi
g.  Jauh dari tanaman sefamili.
Setelah diperoleh lahan yang baik dilanjutkan dengan pengolahan tanah. Pengolahan tanah dimulai 35 hari sebelum tanam (HBT), yaitu pembuatan got keliling dan pembersihan jerami. Jerami dipotong sampai permukaan tanah, sedangkan got keliling dibuat dengan ukuran lebar x dalam 40x40 cm. Pembuatan got dimaksudkan agar tidak ada air yang menggenang.
30 HBT dilakukan Bajak I pada tanah agak kering secara merata dengan kedalaman tidak kurang dari 25 cm. pada 20 HBT dilakukan Bajak II dengan memotong arah Bajak I sehingga memudahkan pembentukan gulud. Selain itu juga got keliling diperbaiki kondisinya.
Pembuatan gulud dilakukan 14 HBT. Kondisi tanah yang cukup matang diratakan, kemudian dibuat got tengah sesuai panjang gulud. Pembentukan gulud dilakukan menggunakan cangkul. Jarak antar gulud 120 cm. Guludan dibentuk sesuai panjang lahan/pertanaman. Tinggi guludan 25 – 30 cm. 10 HBT dilakukan pembuatan lubang tanam dengan jarak 50 cm. 1 (satu) HBT lakukan seleksi bibit sesuai standar. Selain itu juga bibit harus seragam dengan tinggi rata-rata 12 cm.
Penanaman harus selesai dalam waktu 3 (tiga) hari. Pertama-tama diberikan air minimal 1 liter/lubang tanam, kemudian tanam sedalam leher bibit, setelah air meresap tutup dengan tanah kering. Penyulaman dilakukan segera apabila ada tanaman yang mati. Kegiatan sulam tidak boleh lebih dari 10 hari. Bibit yang digunakan adalah bibit yang umurnya sama dengan bibit yang telah tertanam saat sulam diawali dengan membasahi lubang tanam + ½ liter. Tanam bibit kemudian tutup dengan tanah kering.


PEMELIHARAAN TANAMAN
Pemeliharan tanaman terdiri dari beberapa pekerjaan, yaitu :
1.  Pemupukan.         
Pemupukan dasar dilakukan pada 4-7 hari setelah tanam (HST) dengan dosis : NPK 450 Kg/ha, SP 36 150Kg/ha, urea 150 Kg/ha. Dosis pemberian + 48 gr/pohon. Pupuk ditempatkan dekat daerah perakaran + 10-15 cm dari batang bibit.  Cangkul sebelah kiri dan kanan tanaman, letakkan pupuk kemudian ditutup dengan tanah.
Pemupukan kedua dilakukan pada 21 – 28 HST. Pupuk yang diberikan adalah KNO3 125 kg/ha atau 7,5 gr/pohon dan ZA 200 kg/ha atau 12 gr/pohon. Pupuk diberikan dengan cangkul diantara 2 tanaman tembakau ± 10-15 cm dari batang, dekat daerah perakaran, kemudian tutup dengan tanah.
2.  Dangir.
Dangir merupakan kegiatan pemberian aerasi terhadap sistem perakaran tanaman dengan cara mencangkul tanah sekitar guludan sehingga tanah menjadi gembur dan akar dapat berkembang luas dan banyak. Dangir dilakukan 7-10 HST. Pengemburan tanah secara ringan dengan cangkul sekaligus dilakukan pembersihan gulma. Dangir dan naikkan tanah disisi kanan kiri gulud tetapi jangan sampai kena akar dan batang tembakau. Lapisan padat parit dicangkul dan di angkat keatas hulu hingga diperoleh hasil dangir membentuk huruf Vantar guludan.
     Dangir ke II dilakukan pada 35 HST. Dangir ke II merupakan penggemburan tanah guludan dan parit dan cangkul terutama bagian yang masih padat. Selain itu juga dilakukan pembersihan gulma. Lorong antar guludan dicangkul dan menaikannya kembali agar guludan menjadi tambah besar sehingga merangsang mempercepat pertumbuhan akar. Dangir ke II dilakukan setelah pengairan I.


3.  Pengairan
Pada hari 1-30 HST merupakan periode stress sehingga tidak diairi, maksudnya adalah untuk merangsang perkembangan sistem perakaran.
     Pengairan I dilakukan 30 HST dengan memasukan air kedalam areal pertanaman. Guludan diairi setinggi ¾ gulud. Setelah tercapai tinggi air yang diinginkan air segera dibuang hingga tuntas, jangan ada genangan. Pada pengairan I ini bertujuan untuk meratakan pupuk serta dihasilkan daun yang tipis dan panjang, sehingga diperoleh hasil dan kualitas yang diinginkan.
            Pengairan ke II dilakukan pada 45 HST yang bertujuan untuk memperoleh hasil dan kualitas. Air dimasukan sampai setinggi ½ guludan dan air resapan mencapai ¾ guludan. Setelah dicapai tinggi air yang diharapkan, air segera dibuang hingga tuntas dan tidak ada yang menggenang pada saluran antar gulud.
     Pengairan ke III dilakukan pada 55 HST, sama dengan cara pengairan ke – II
4.  Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara penggunaan minimal dan terbatas. Pada umur 1-30 HST digunakan pestisida sistemik yang tidak mengandung chlor. Apabila ada serangan yang sudah melewati ambang batas bisa menggunakan tracer dengan dosis 0,3 ml/lt air untuk serangan ulat sedangkan serangan thrips menggunakan confidor dengan dosis 1ml/lt air.
Diatas 30 HST dilarang menggunakan pestisida secara kimiawi karena dikhawatirkan residu kimia masih melekat pada daun tembakau setelah kering.
5.  Topping dan Sucker Control
Topping adalah pemotongan pucuk tembakau (titik tumbuh atas) sehingga tanaman tidak dapat memproduksi bunga dan biji serta bertujuan menghasilkan daun tembakau yang lebar dan tebal sehingga produksi tinggi dan kualitas baik serta tanaman seragam.
Topping I dilakukan pada 50-55 HS yaitu saat bakal bunga mulai muncul dan jumlah daun 18-20 helai daun. Setelah topping diikuti dengan pemberian sucker control / sukerisida untuk menghambat pertumbuhan tunas samping. Cara pemberian sukerisida adalah sebagai berikut :
a.  Campur 15 ml sukerisida ke dalam 1 liter air, aduk.
b.  Masukkan campuran tersebut ke dalam botol plastik.
c.   Lubangi tutup botol dan masukkan selang kecil.
d.  Teteskan sukerisida pad 3 (tiga) titik daun teratas.
e.  Apabila tunas daun teratas masih muda (ukuran < 2 cm) maka titik pertamanya adalah dau tertua di bawah tunas.
f.    Apabila setelah aplikasi sukerisida masih keluar tunas maka tunas tersebut tidak perlu dipetik.

SUMBER PUSTAKA
1.  Standar Operating Prosedure (SOP) Tembakau Burley,CV Trisno Adi, Indonesia.
2.  Standar Operations Procedurs (sop) Budidaya Tembakau White Burley,  Tobacco Supporting Team CV Saprotan Utama, Semarang.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About