Pages

gandum

 gandum

Tanaman gandum merupakan salah satu tanaman pokok , selain tanaman padi yang memang merupakan jenis tanaman pokok bagi penduduk Indonesia dan berbagai Negara lainnya yang ada di benua Asia dan eropa
Hal ini disebabkan karena gandum merupakan salah satu bahan utama yang digunakan dalam pembuatan roti dan mie. Namun di Indonesia masih jarang petani yang mengembangkan budidaya tanaman gandum. gandum salah satu makann pokok orang amerika dan eropa dikarenakan bahan baku utama roti

Tahapan Budidaya Gandum

1. Benih

2. Pengolahan Tanah

3. Pemupukan

4. Penyiangan

5. Perlindungan HPT

6. Suplai Air

7. Panen

8. Perlakuan Pascapanen




1. Benih Gandum
Benih gandum yang baik :

(1) berasal dari malai yang matang pada batang utama,

(2) mempunyai bentuk dan warna yang seragam,

(3) bebas dari hama dan penyakit, dan

(4) mempunyai bobot yang tinggi dan seragam.


• Benih gandum mempunyai masa dormansi yang tidak terlalu lama antara 0 - 4 bulan.

• Sebelum ditebar seyogyanya benih direndam beberapa menit dalam air.

• Kotoran atau biji yang telah rusak, karena beratnya lebih ringan akan terapung. Benih yang telah bersih itu kemudian diuji daya tumbuhnya.



Syarat benih gandum bersertifikat :

(1) kemurnian benih mini-mal 98 %,

(2) campuran benih varietas lain maksimal 0,2 %,

(3) biji gulma maksimal 0,1 %,

(4) kotoran maksimal 2 %,

(5) daya tumbuh minimal 80 %

(6) kadar air mak-simal 13 %




Sebelum benih ditanam, sebaiknya diberi perlakuan benih terlebih dahulu, untuk mencegah kerusakan dan serangan hama-penyakit, baik yang berasal dari dalam tanah atau dari benih itu sendiri.

Fungisida yang dapat digunakan antara lain Ceresan.


Banyaknya benih per lubang tergantung dari daya tumbuh benih. Benih yang berdaya tumbuh 95 % cukup dua butir per lubang.

Untuk jarak tanam 20 x 10 cm diperlukan 30 kg benih/ha.

Benih yang berdaya tumbuh kurang dari 95 persen sebaiknya lebih dari dua butir per lubang atau 35 kg benih/ha.

Kelembaban tanah selama perkecambahan dipertahankan pada RH tanah mendekati kapasitas lapang.


2. Pengolahan Tanah

• Pengolahan tanah untuk tanaman gandum hampir sama dengan pengolahan tanah untuk padi gogo dan palawija lainnya (jagung, sorgum, kedele), yaitu antara lain agar tanah mempunyai aerasi yang baik.

• Jika tanah itu sebelumnya bera, pengolahan tanah dilakukan dua kali.

• Pencangkulan/pembajakan pertama yaitu untuk menggemburkan tanah dan membasmi gulma.

• Pengolahan kedua dilakukan seminggu kemudian, untuk lebih menggemburkan tanah, meratakan dan memberantas gulma yang tumbuh kemudian.

• Di samping itu dapat sekaligus membenamkan pupuk organik bagi tanah yang memerlukannya.

• Biarkan tanah garapan selama 7 - 10 hari, untuk memberikan kesempatan agar bahan organik yang dibenamkan mulai melapuk.

• Jika tidak turun hujan, perlu ada suplai air untuk mempermudah benih berkecambah.

• Jika sebelumnya ada tanaman lain, maka dapat dipertimbangkan pengolahan tanah secara minim (minimum tillage).

• Jarak tanam bermacam-macam, ukurannya tergantung dari tingkat kesuburan tanah dan varietas (varietas yang kanopinya lebar, memerlukan jarak tanam lebih besar daripada yang kanopinya lebih kecil).

• Jarak tanam pada tanah yang subur bisa lebih dipersempit, demikian pula jarak tanam pada musim kemarau lebih sempit dari pada musim hujan.

• Ukurannya 20 x 10 cm, 25 x 10 cm, 25 x 5 cm atau 30 x 10 cm.

• Jarak tanam sedang diteliti : jarak tanam larikan, dengan jarak antar larikan 30 cm.



3. Pemupukan

• Pemberian pupuk dasar dan pupuk pertama dapat dilakukan sebelum tanam atau pada waktu tanam.

• Biasanya yang dipakai sebagai pupuk pertama adalah pupuk anorganik : P2O5 dan K2O dan sebagian pupuk N.

• Pemupukan N sebaiknya dilakukan dalam 2 - 3 kali.
• Pemupukan yang efektif ditentukan oleh dosis, waktu,cara dan jenis pupuk (N, P dan K dapat diberikan dalam bentuk pupuk tunggal atau pupuk majemuk).

• Cara pemupukan dibenamkan ke dalam tanah atau diaduk merata dengan tanah.

• Dosis pemupukan ditentukan oleh jumlah hara tersebut yang tersedia dalam tanah. Biasanya digunakan 20 ton pupuk organik/ha (apabila sebelumnya tidak dilakukan pemupukan pupuk organik untuk penanaman sayuran gunung), 120 kg N/ha, 45-90 kg/ha, P2O5 dan 30-60 kg K2O /ha.

• Pemupukan P dan K diberikan pada larikan di antara barisan benih atau dalam lubang di samping kiri dan kanan benih.

• Sepertiga bagian N diberikan bersama dengan P dan K (dalam bentuk pupuk majemuk NPK), pada waktu tanam di mana kecambah muncul di atas tanah 4-5 hari setelah tanam.

• N yang dipergunakan saat ini adalah untuk merangsang perakaran dan pertumbuhan vegetatif. Sepertiga bagian lagi N diberikan pada saat bertunas, sekitar 25-30 hari setelah tanam, untuk merangsang pertunasan yang dapat menjadi tunas produktif.

• Dengan pengaturan jarak tanam, jumlah tunas per rumpun diusahakan jangan terlalu banyak, sekira 10-20 tunas produktif.

• Sepertiga bagian dosis N sisanya diberikan ketika tanaman membentuk primordia bunga, untuk mendorong pembentukan malai, butir gandum dan peningkatan kadar protein gandum yang dapat membentuk gluten (diperlukan untuk membuat roti yangbaik).

• Pemupukan N susulan diberikan dengan cara digarit  dalam larikan atau pada lubang di antara tanaman.


4. Penyiangan

• Gulma merupakan masalah yang penting bagi tanaman gandum dan tanaman mesofit lainnya, bersaing dengan tanaman gandum dalam hal penyerapan air, cahaya dan unsur hara, dapat juga merupakan tumbuh-tumbuhan inang bagi berkembangnya hama dan penyakit.

• Jenis gulma yang banyak terdapat di pertanaman gandum di Lembang dan Pacet (Pangalengan) : Oxalis coinculata, Centela asiatica, Imperata cylindrica, Mimosa invisa, Paspalum notatum, Sida rhombifolia, Ricinus communis, Ageratum conyzoides, Euphorbia esula, Agropyron repens, Amaranthus retroflexus, dan Polygonum convolvulus.
• Gulma jenis berdaun lebar dapat diberantas dengan herbisida 2,4 D dan MEPA, jenis berdaun sempit dengan Dalapon, Diallate dan Barban.

• Pemberantasan secara kultur teknik dapat dilakukan dengan sistem tanaman sela, menanam jenis leguminosa di antara barisan tanaman gandum.

• Penyiangan dapat dilakukan 2-3 kali tergantung banyaknya populasi gulma.

• Penyiangan pertama dilakukan setelah tanaman gandum berumur satu bulan. Pada saat ini, perakaran gandum sudak cukup kuat apabila terjadi kerusakan akar pada saat penyiangan dan populasi gulma sudah cukup tinggi.
• Penyiangan kedua dilakukan sekira tiga minggu kemudian, penyiangan selanjutnya tergantung banyaknya dan tingginya populasi gulma.

• Sampai sekarang, petani penghasil tanaman pangan di Indonesia, masih belum menggunakan herbisida untuk memberantas gulma, umumnya penyiangan dilakukan dengan tangan saja (handweeding).


5. Perlindungan Hama/penyakit

• Pencegahan hama dan penyakit di lapangan paling baikdengan menanam varietas gandum yang mempunyaiketahanan (resistensi) horizontal, jika terjadi seranganhama atau penyakit.

• Penyemprotan dengan insektisida/fungisida merupakancara yang paling praktis. Insektisida dapat bersifat racunperut, kontak, sistemik dan fumigan (gas).
• Racun perut efektif untuk membe-rantas serangga atauulat pemakan organ tanaman di bagian atas, misalnyaulat batang, ulat daun dan walangsangit.

• Contoh insektisida tersebut ialah Phosvel danAgrothion.
• Pestisida kontak sangat baik untuk serangga yangkurang lincah, misalnya tungau, kepik hijau, kumbang,kutu daun dan batang. Contoh insektisidanya yaituSevin, Meptox dan lainnya.

• Pestisida sistemik adalah racun yang dapat masuk kedalam jaringan tanaman. sangat baik untuk seranggapengisap cairan tanaman, misalnya hama penggerek,wereng, kepinding tanah.
• Contohnya antara lain Diazinon, Phosphamidon,Fenitrothion, Gama BHC 6G, Agrocida, Sandoz 5G, Sevidal 8-8G.
• Konsentrasi yang berupa cairan dosis umum adalah 2cc/L, dengan pemakaian cairan tidak lebih dari 1000L/ha dalam sekali pemakaian, sedangkan yang berupagranula tidak melebibi 50 kg/ha.

• Fumigan misalnya Nogos meracuni pernafasanserangga.

• Pemberantasan hama dan penyakit dengan cara kulturteknis sering dilakukan petani secara tidak sengaja, yaitudengan mengolah tanah, sistem rotasi tanaman danpenyiangan gulma, serta menanam varietas yang tahanterhadap hama dan penyakit utama.

• Pemakaian pestisida yang efektif harus memperhatikanharga pestisida yang relatif mahal dan kondisi cuacapada waktu pemakaian.
• Fungisida yang banyak digunakan yaitu Dithane M45. Bakterisida belum banyak dikenal oleh petani diIndonesia.

• Pencegahan hama dan penyakit dilakukan denganpenyemprotan insektisida dan fungisida seminggu sekalidengan pemakaian yang bergiliran.
• Untuk mencegah serangan nematoda yang terdapatdalam tanah (terutama pada waktu musim hujan),terlebih dahulu tanah diberi perlakuan dengan Furadan3G, dengan dosis 25-30 kg/ha.

• Pada tanah yang populasinya tinggi pemberian Furadandapat diberikan 2-3 kali selama masa pertumbuhangandum, yaitu pada waktu tanam, masa bertunas danmasa reproduktif.

• Cara pemberiannya dengan disebar di atas permukaantanah atau dicampur bersama pupuk.


6. Suplai Air

• Air diperlukan dari sejak fase perkecambahan sampaifase matang susu, dengan jumlah dan distribusi yangmerata.
• Pada fase masak kuning sampai panen, tidak diperlukantambahan air, bahkan cuaca cerah dan panas dapamempercepat pematangan.
• Kebutuhan air nyata (actual water requirement) untukgandum berada di atas kebutuhan untuk jagung dansorgum, tetapi di bawah kebutuhan untuk padi.
• Menurut hasil percobaan selama tiga tahun di AkronColorado (Bear, 1959), kebutuhan air nyata untukjagung, 0,2576 m3 untuk setiap produksi bahan kering.
• Apabila ini dijadikan standar, maka kebutuhan untukgandum 140 persen, padi 190 persen dan sorgum 90persen.
• Kebutuhan air bagi tanaman adalah petunjuk untukmenentukan jumlah air yang diperlukan selamapertumbuhan, yaitu untuk pembentukan jaringantanaman selama fase vegetatif, transpirasi dan evaporasi.
• Jumlah air yang diperlukan oleh tanaman yang sebenar-nya (nyata) diketahui dari hasil percobaan.

• Jumlah air yang diperlukan tanaman dengan perkiraan/perhitungan dari teori dan data yang ada bervariasitergantung jenis tanaman, tanah dan iklim.
• Menurut Schlehuber dan Tucker (1967), percobaan diKansas menyatakan bahwa kebutuhan air relatif untukgandum sekitar 330-392 mm, barley 333-366 mm,jagung 602-691 mm, alfalfa 732-927 mm dan padi 700-900 mm.

• Ternyata gandum dan barley merupakan tanaman yangpaling sedikit memerlukan air secara relatif.


7. Panen


• Apabila 80 % dari rumpun telah bermalai, jerami,batang dan daun mengering dan menguning.
• Jika 20 % dari bagian malai telah matang penuh, dimana butir gandum telah cukup keras apabila dipijittangan, maka gandum sudah waktunya untuk dipanen.

• Saat panen sangat ditentukan oleh tingkat pematangandan cuaca. Gandum yang terlalu matang cenderunguntuk rebah dan rontok.

• Curah hujan, kelembaban dan suhu udara terlalu dinginatau panas sering menghambat dan menurunkan hasilpanen.

• Tingkat pematangan menentukan hasil gandum.

• Dalam periode 14 tahun, di Nebraska menurutSchlehuber dan Tucker (1967) : gandum yang dipanenpada kadar air 50,1 % (matang susu) hasilnya sekitar976,5 kg/ha, pada kadar air 43,1 % (matang kuning)1242 kg/ha dan pada kadar air 25,2 % (matang penuh)sebanyak 1381,5 kg/ha, dengan kadar protein gandummasing-masing 12,4 %, 12,8 % dan 13,1 %.
• Panen gandum yang ditangguhkan melebihi dari satuminggu akan menurunkan bobot butir gandum. Untukmenguji tingkat kekeringan malai, di lapangandilakukan dengan jari tangan. Apabila butir-butirgandum lepas ketika digosok dengan tangan dan porosmalainya mudah patah, maka kadar air gandum cukupuntuk dipanen.

• Komponen produksi gandum sama dengan padi yaitujumlah malai per satuan luas tanah, jumlah butir isi permalai dan bobot rata-rata butir gandum.
• Panen di Amerika dan negara lainnya dilakukan denganmempergunakan mesin ”combine", di Indonesia padaumumnya dilakukan dengan ani-ani atau sabit.

• Batang gandum dipotong sekira 30 cm dari ujung malai,agar malai gandum mudah diikat dan dirontokkandengan diirik, atau diinjak-injak dengan kaki, ataudipukulkan pada kisi-kisi kawat.

• Malai gandum yang baru dipanen, perlu dikeringkandahulu, dijemur di bawah panas matahari sampai malaimudah dirontokkan (dijemur 1-2 hari berturut-turut).


• Butir gandum yang telah dirontokkan perlu dikeringkanlagi, sampai kadar air paling besar 14 %, tergantung darikeperluannya.
• Gandum yang disimpan di tempat lembab dan dalamruangan yang panas, kwalitasnya akan cepat menurun.



8. Perlakuan pascapanen

• Butir gandum yang digiling di pabrik harus memenuhipengujian mutu gandum yang meliputi beberapakarateristik.
• Pengujian-pengujian :

• Pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai berikut:

(1) uji berat merupakan pengukuran berat per unitvolume butir gandum. Hasil uji berat yang rendahmenyebabkan kualitas butir dan tepung yang rendah,syarat minimum adalah 73 kg per hektoliter.

(2) Uji kotoran, yaitu pemisahan butir-butir gandum daribenda-benda asing, biji gandum yang berkerut danyang pecah (broken wheatng pecah (broken wheat). Benda tersebut terbawasewaktu proses panen, perontokkan danpenyimpanan. Syarat maksimum adalah 0,1-0,5 %
(3) Uji kadar air butir gandum syarat maksimum 12,5%, baik untuk gandum keras maupun gandum lunak.Gandum yang disimpan pada kadar air yang tinggi akancepat berkecambah dan mudah terserang jamur,menyebabkan naiknya kadar maltose dalam bijigandum, yang menjadikan rendahnya tepung.
Kadar maltose yang terlalu tinggi (lebih dari satupersen) akan menyebabkan sifat gluten yanglembek.

Sebaliknya kadar air yang terlalu rendah memberikankerusakan fisik butir gandum yang tinggi padawaktu digiling sehingga mengurangi berat.

(4) Uji kemurnian butir dari campuran tanaman lainminimal 99,6 %.
(5) Uji (bobot) dari 1000 butir. Dikehendaki bobot 1000butir sekitar 28-40 gram.
(6) Uji keseragaman ukuran dan bentuk biji gandum.
(7) Uji kadar serat dan kadar abu. Persyaratannya adalahserat 2-2,7 %, dan abu 1,4-2 %.
(8) Uji Rendemen tepung sekira 85 %.
(9) Uji kadar protein butir gandum syaratnya adalah 6-20 %.

(10) Menghasilkan tepung dengan daya isap terhadap air52-60 %, merupakan karateristik yang sangatpenting bagi para konsumen tepung terigu.

• Penyakit dan hama gudang yang menyerang padaumumnya adalah cendawan dan insekta.

• Serangan cendawan selama pertumbuhan di lapangan(Alternaria, Fusarium dan Helminthosporium) yangberasal atau terbawa biji, tidak akan terbawa digudang penyimpanan yang suhu udaranya sangatrendah.

• Faktor suhu udara, kelembaban dan lamanyapenyimpanan sangat menentukan serangan cendawandi gudang.
• Kadar air gandum 13 % (maksimal) menentukanberapa lama gandum tahan disimpan dengan aman,karena semakin lama gandum disimpan kadar airnyaakan bertambah.
• Pada suhu 5 – 10 °C pertumbuhan cendawan sangatlambat, sedangkan pada suhu 26,7 - 32,2 °Cpertumbuhannya sangat cepat.
• Gandum yang disimpan hanya beberapa minggusebelum digiling dapat disimpan pada kadar air yangagak tinggi (lebih dari 13 %), dengan suhupenyimpanan yang agak tinggi pula daripada suhupenyimpanan untuk berbulan-bulan lamanya.
• Serangan hama gudang pada umumnya menentukantingkat kualitas dan nilai gizi gandum yang disimpan.

Beberapa hama utama yang sangat merugikan yaitu:
• Sithopilus oryzae, S. granarium,

• Rhizopertha,

• Orizaphylus surinaemensis,

• Tenebroides mau-ritanicus,

• Tribolium confusum, T. castaneum,

• Cryptolestes pusillus C. perrugineus,

• Trogoderma granarium,

• Sitotroga cerealella.

• Udara gudang yang sejuk, biji gandum yang keringdan bebas dari tepung gandum atau biji yang rusakmerupakan kondisi yang tidak cocok untukberkembangnya hama gudang.

• Kelembaban gudang di bawah 15 % dapat menekanpenyerangan hama (kutu-kutu biji gandum).

• Pencegahan butir gandum yang disebabkan oleh hamaatau kerusakan fisik di gudang, dapat diatasi apabiladiperhitungkan pengelolaan, kebersihan danpencegahan secara kimiawi.




Daftar Pustaka

Anonimous. 1976. Potensi Daerah Produksi Gandum di Jawa (LaporanSurvai). Direktorat Bina Produksi Dirjen. Pertanian dengan Fak. PertanianUnpad.

Balasubramaniyam, P and SP Palamiappan. 2002. Principles and Practices ofAgronomy. Agrobios. Jodhpur.

Bear, F.E. 1959. Soils and Fertilizers. John Willey & Sons Inc. New York.

Briggle, L.W. 1967. Morphology of The Wheat Plant. Wheat and Wheat

Improvement. Edited by Quisenberry and L.P Reitz. American Society ofAgronomy, Inc Publisher, Ma-dison, Wisconsin USA.

Bulog dan Bogasari. 1976. Peranan Pengolahan dan Pemasaran Tepung

Terigu dalam Menunjang Pengembangan Gandum di Indonesia.

Proceeding Seminar Gandum. Dept. Pertanian Tan Pangan Jakarta.

De Geus. 1967. Fertilizer Guides for Tropical and Subtropical Farming.Centre d'Etude de L'Azote Zurich.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan Direktorat Serealia. 2004.Petunjuk Praktis Bertanam Gandum.Evans, E.F and R.L. Donahue. 1957. Exploring Agriculture. Pren-tice Hall.

Engliwood Cliffs, New Jersey.

Finney, K.F and W.T. Yamazaki. 1967. Quality of Hard, Soft and Durum

Wheats. Wheat and Wheat Improvement. Edited bv Quisenberry & L.P.

Reitz. American Society of Ag-ronomy, Inc. Publisher, Madison,Wisconsin, USA.

Gilles, K.A and L.D. Sibbit. 1974. Quality. Wheat Production and Utilization.

Edited by G.E. Inglett. The AVI Publishing Company, Inc.

Haas, H.J, J.F. Power and G.A. Reichman. 1976. Effect of Crop', and

Fertilizer on Soil Nitrogen, Carbon and Water Content and on

Succeeding Wheat Yields and Quality. Agricultural Research ServiceUSDA. March 1.

Heyne, K. 1950. De Nutige Planten van Indonesia. N.V. Uit-geverrij van

Hoeve s'Gravenhage Bandung.

Inglett, G.E. 1974. Wheat in Perspective. Wheat Production and Utilization.

Edited by G.E. Inglett. The AVI Publishing Co. Inc.

Kik M.C cit D.H Grist, 1959. Rice Longmans, Green and Co Ltd London.

Lamb, C.A. 1967. Physiology. Wheat and Wheat Improvement. Edited by

Quisenberry & L.P. Reitz. American Society of Agronomy, Inc,

Publisher, Madison, Wisconsin, U.S.A.

Miller, D.L. 1974. Industrial Uses of Wheat and Flour. Wheat Production and

Utilization Edited by G.E. Inglett. The AVI Publishing Company, Inc.

Nurmala, Tati. 1974. Pengamatan Beberapa Sifat Agronomi dan 29 Varietas

Gandum (Triticum spp) ditanam di Kebun Percobaan Mar-gahayu-

Lembang (Tesis). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

Nurmala, Tati. 1978. Pengujian Sembilan Varietas Gandum (Triticum spp)

pada Musim Kemarau di Tanah Andosol Lembang. Kerjasama Fakultas

Pertanian Universitas Padjadjaran dengan Lembaga Pusat Penelitian

Pertanian (LP3) Bogor.

Nurmala, Tati. 1980. Budidaya Tanaman Gandum. PT. Karya Nusantara.

Jakarta.

Nurmala, Tati. 2006. Paket Teknologi Budidaya Gandum (Triticum spp)

Berdasarkan Agroekologis dan Pengembangannya. Makalah pada

pertemuan Evaluasi Kegiatan 2005 dan Rencana Produksi Serealia 2006.

Direktorat Serealia.

Pearson, L.C. 1966. Principle of Agronomy. Reinhold Publish-ing

Corporation, New York.

Reitz, L.P. 1967. World Distribution and Importance of Wheat. Wheat and

Wheat Improvement. Edited by Quisenberry & L.P. Reitz. Am. Soc. of

Agron, Inc. Publisher, Madison, Wisconsin U.S.A.

Rusli Hakim. 1974. Preliminary Observation on 23 Wheat Varie-ties from the

Philippines. Ministry of Agriculture, Central Res nst-for Agric. Bogor.

Satari, G. Sjamsudin dan T. Nurmala. 1976. Prospek Tanaman Gandum di

Indonesia. Penelaahan dari Aspek Agronomi. Proceeding Seminar

Gandum Dept. Pertanian Tan. Pangan Jakarta.

Schmidt, J.W. 1974. Breeding and Genetics. Wheat Production and

Utilization. Edited by G.E. Inglett. The AVI Publishing Company, Inc.

Schlehuber and B.B. Tucker. 1967. Culture of Wheat. Wheat and Wheat

Improvement. Edited by Quisenberry & L.P. Reitz. American Society of

Agronomy, Inc. Publisher, Ma-dison, Wisconsin, U.S.A.

Saunders, R.M, H.G. Walker Jr, G.O. Kohler. 1974. Feed Uses of Wheat and

Its Product. Wheat Production and Util-ization. Edited by G.E. Inglett.

The AVI Publishing Com-pany, Inc.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About