Pages

juwawut

juwawut

Tanaman juwawut (sejenis serealia berbiji kecil) ini pernah menjadi makanan pokok di berbagai negara di dunia (termasuk beberapa daerah di Indonesia) sebelum budidaya padi dikenal. Sayangnya, Jawawut atau Jewawut mulai dilupakan dan terabaikan. Padahal tanaman pangan ini memiliki kandungan nutrisi (protein dan kalsium) yang lebih baik ketimbang beras.
Nama resmi tanaman ini di Indonesia (sebagaimana tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah Jawawut. Namun dikenal juga sebagai Jewawut atau pun Juwawut. Di beberapa daerah di Indonesia pun dikenal dengan berbagai nama lokal yang berbeda-beda. Nama-nama lokal tersebut diantaranya adalah jawa (Palembang); jaba ikur (Batak); jaba uré (Toba); jĕlui (Riau); sĕkui (Melayu); sĕkuai, sakui, sakuih (Minangkabau); randau (Lampung); dan jawae (Dayak).
Jewawut dapat ditanam di daerah semi kering dengan curah hujan kurang dari 125 mm selama masa pertumbuhan yang pada umumnya sekitar 3-4 bulan. Tanaman ini tidak tahan terhadap genangan dan rentan terhadap periode musim kering yang lama. Di daerah tropis, tanaman ini dapat tumbuh pada daerah semi kering sampai ketinggian 2.000 m dpl. Tanaman ini menyukai lahan subur dan dapat tumbuh baik pada bebagai jenis tanah, seperti tanah berpasir hingga tanah liat yang padat, dan bahkan tetap tumbuh pada tanah miskin hara atau tanah pinggiran. Sedangkan pH yang cocok untuk tanaman ini adalah 4-8. (Grubben dan Partohardjono, 1996).
Klasifikasi Ilmiah Jawawut
Divisi : Tracheophyta.
Kelas : Liliopsida. 
Ordo : Poales. 
Famili : Poaceae.
Genus : Setaria
Spesies : Setaria italica (L.) P.Beauv
Cara menanam
1. Persiapan Benih
Tanaman jewawut dapat diperbanyak dengan biji, dengan cara menabur atau dimasukkan kedalam lubang tugaalan, Kebutuhan benih sekitar 8-10 kg/ha,  Jewawut yang berukuran biji besar diduga termasuk jenis pear millet (Pennisetum glaucum).  Sedangkan jewawut berbiji kecil diduga termasuk millet jenis Panicum miliaceum atau proso millet dan Panicum ramosum atau bronstop millet. Varietas  jewawut yang paling banyak dibudidayakan adalah minna, delima, emas, dan rambutan.
2. Pengolahan tanah
Tanaman Jewawut tidak membutuhkan jenis tanah khusus untuk pertumbuhannya , oleh sebab itu pengolahan tanah yang akan  dipergunakan sebagai lahan penanaman jewawut  dapat dibagi pada 3 kategori sesuai kondisi lahan yang ada  :
A. Lahan yang baru perlu dilakukan pembersihan seluruh bagian tanaman atau gulma,  kemudian membajak atau mencangkul untuk membantu membersihkan semua bagia tanaman yang ada serta memberi penggemburan tanah sehingga  perakaran jewawut lebih mudah berkembang.
B. Lahan dengan tingkat kesuburan lumayan , dapat dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada dan kemudian  dengan mencangkul sedikit saja bagian tanah yang subur guna mencegah tanah yang banyak humusnya  tidak tertanam kembali kebagian yang dalam.
C. Lahan dengan tingkat kesuburan yang baik, dapat dilakukan dengan sistem TOT (Tanpa Olah Tanah) dengan menggunakan herbisida atau dengan membersihkan gulma secara konvensional.
Tanah yang telah diolah sebaiknya dibuat guludan sesuai kebutuhan dan kondisi tanah dengan  tujuan pembuatan guludan adalah memperbaiki drainase dan mencegah penggenangan air. Panjang guludan disesuaikan dengan panjang lahan, tinggi tumpukan tanah/guludan  sekitar 25–30 cm dengan lebar dasar sekitar 30–40 cm. Jarak antara guludan tergantung pada kecuraman lereng, kepekaan erosi tanah, dan erosivitas hujan. Guludan dapat diperkuat dengan menanam rumput atau tanaman perdu (Chairani, 2010).
3. Penanaman
Sama halnya dengan  sorgum, benih jewawut tidak disemaikan tetapi dapat langsung di tanam pada lahan penanaman dengan jumlah benih yang ditanam sebanyak satu jumput atau malai dalam satu lubang tanam .Jarak tanam yang cocok untuk tanaman jewawut pada luas areal 2 x 3 meter adalah 75 x 20 cm atau 70x 25 cm.
4. Pemeliharaan
· Pemupukan
Tanaman jewawut adalah tanaman yang dapat hidup pada input minim, seperti pupuk, namun untuk memberikan hasil maksimal pemupukannya dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk Urea, TSP dan KCL dengan perbandingan 2 : 1 : 1 
· Penyulaman
Tujuan penyulaman adalah untuk mengganti tanaman yang pertumbuhannya kerdil , mati serta terkena serangan hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan dengan memindahkan tanaman yang baik dari tumpukan tanaman dengan mencabut secara hati-hati agar seluruh akar dapat tercabut.
· Penyiangan , pemangkasan dan pemasangan ajir.
Tujuan penyiangan adalah membersihkan gulma yang telah tumbuh agar tidak terjadi persaingan akan unsur hara dengan tanaman pokok, sambil  dilakukan pemangkasan pada tunas baru tanaman jewawut yang tidak produktif kemudian ajir dipasang  agar  pertumbuhan jewawut lebih kuat, ajir dipasang setelah 2-3 minggu setelah tanam. Pemangkasan kedua dilakukan setelah 2-3 minggu pemangkasan pertama .
· Pengairan
Penyiraman di lakukan untuk membantu pertumbuhan tanaman. Penyiraman ini sebaiknya dilakukan 2 kali sehari agar tanaman tersebut tidak mengalami kekeringan selama pertumbuhannya .
· Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman juwawut termasuk tanaman yang tahan terhadap serangan hama penyakit, walaupun demikian tetap ada beberapa jenis hama dan penyakit yang menyerang, namun apabila tanaman ini dirawat dengan baik kecil kemungkinan akan terserang hama penyakit. Oleh karena itu tindakan preventif / berjaga-jaga sangat dianjurkan agar tanaman tidak terserang dan hama yang sering susah dikendalikan adalah hama burung.
5. Panen dan Pasca Panen
Ciri tanaman jewawut  siap untuk dipanen adalah dengan ditandai biji sudah bernas dan keras , daun atas mulai menguning bahkan mengering  dan umur telah mencapai 3-4 bulan. Pemanenan dilakukan dengan memotong  pada pangkal tangkai/ malai buah  jewawut  dengan panjang sekitar 15– 25 cm. waktu pemanenan yang baik  adalah siang hari dan hari cerah.
Jewawut jenis pear  mempunyai produktivitas 3,5 ton/ha apabila dikelola secara optimal
B. Pasca Panen
Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan didalam melakukan pasca panen jewawut antara lain adalah pengeringan, perontokan dan penyimpanan. Setelah panen, pengeringan hendaknya dilakukan sesegera mungkin. Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari yaitu dengan cara menghamparkan ikatan tangkai jewawut diatas tikar  atau dengan mesin pengering. Lama pengeringan tergantung  keadaan sinar matahari , dan biasanya mencapai 60 jam atau tingkat kadar air biji jewawut sekitar 12 %. Proses perontokan dilakukan setelah biji kering dengan cara dilirik atau dengan mesin perontok, dan diusahakan biji jewawut jangan sampai terluka. Biji– biji jewawut yang telah dirontokkan dibersihkan atau dipisahkan dari kotoran seperti potongan –potongan tangkai biji dan sebagainya , kemudian disimpan pada wadah  dan disimpan pada gudang , diupayakan kelembaman ruangan gudang stabil
Bentuk hasil olahan biji jewawut adalah :
·  Biji utuh (whole grain)
· Biji yang mengalami proses pengolahan (crackedgrain),
·  Bubur kental (stiff porridge),
·  Roti tidak beragi (unleavened bread),
· Roti beragi (leavened bread),
· Berbagai macam makanan ringan (miscellanous snacks),
· Berbagai jenis minuman (beverages) di berbagai negara.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About