BUDIDAYA BROKOLI
Brokoli
(Brassica oleracea L. var. italica) merupakan salah satu tanaman
sayur dari suku kubis-kubisan (Brassicaceae). Tumbuhan ini memiliki batang yang
lunak dengan warna bunga yang bervariasi sesuai dengan varietasnya seperti
warna hijau tua Brassica oleracea
var. italica cv. Sakata, hijau muda Brassica oleracea var. italica cv.
Green Mountain, hijau kebiru-biruan
Brassica oleracea var. italica
cv. Royal Green, dan hijau keunguan Brassica
oleracea var. italica cv. Green
King. Tanaman brokoli berasal dari daerah Mediterania dan
dibudidayakan sejak masa Yunani Kuno. Sayuran ini
masuk ke Indonesia sekitar tahun 1970.
Di
Indonesia, permintaan terhadap brokoli dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan terutama dari restoran-restoran, hotel-hotel dan pasar-pasar
modern. Menurut data USAID, permintaan terhadap brokoli di
Indonesia mengalami peningkatan 15 – 20 % per tahun. Namun
tingginya permintaan ini tidak diimbangi dengan kualitas dan kuantitas produksi
yang memadai. Produksi brokoli lokal sangat rendah
baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
A.
Klasifikasi Tanaman Brokoli
Divisio: SpermatophytaSubdivisio: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Bangsa: Capparales
Suku : Brassicaceae
Marga: Brassica
Jenis: Brassica oleracea Var italica
B. Jenis-Jenis
Tanaman Brokoli
1. Brokoli Italia Hijau. Brokoli ini biasanya banyak
dijumpai di pasar dan berwarna hijau tua.

Gambar 2. Brokoli Italia Hijau
2. Brokoli Romanesco Fractal. Brokoli
ini berwarna hijau muda dan bentuk setiap sulir mewakili logaritma spiral sebagai satu kembang utuh
(seolah-olah sbg miniatur). Jadi, keseluruhan brokoli adalah "spiral
besar" yang

Gambar
3. Brokoli Romanesco ractal
3. Brokoli Kuning. Brokoli ini sangat
mirip dengan kembang kol namun kembangnya berwarna kuning.

Gambar 4. Brokoli Kuning
4. Brokoli Ungu. Brokoli ini berwarna
ungu dan memiliki daun seperti kembang kol namun lebih kecil. Brokoli jenis ini
biasanya dijula di Spanyol, Itali dan Inggris.

Gambar 5. Brokoli Ungu
E.
Syarat Tumbuh
Tanaman brokoli termasuk cool season crop, sehingga cocok ditanam
pada daerah pegunungan (dataran tinggi), yang beriklim
sejuk. Di Indonesia, tanaman brokoli sebagai sayuran dibudidayakan secara luas
pada daerah tinggi seperti Bukit Tinggi (sumatera Barat), Karo (Sumatera
Utara), Pangalengan (Jawa Barat), dan Sumber Brantas (Jawa Timur). Di Indonesia sayuran brokoli telah dikenal sejak abad ke-15, yaitu
mulai penjajahan Belanda, sehingga lebih dikenal sebagai sayuran Eropa.
Pada
mulanya bunga brokoli dikenal sebagai sayuran daerah beriklim dingin (sub tropis),
sehingga di Indonesia cocok ditanam di dataran tinggi antara 1.000 – 2.000
meter dari permukaan laut (mdpl) yang suhu udaranya dingin dan lembab. Kisaran temperatur optimum untuk
pertumbuhan produksi sayuran ini antara 15,5 – 18 °C,
dan maksimum 24 °C. Setelah beberapa negara di kawasan Asia berhasil
menciptakan varietas-varietas unggul baru yang toleran terhadap
temperatur tinggi (panas), maka brokoli dapat
ditanam di dataran menengah sampai tinggi.
1. Iklim
Secara
umum angin tidak berpengaruh karena tinggi tanaman yang relatif rendah. Pengaruh hanya
dirasakan pada evaporasi lahan dan evapotranspirasi tanaman. Tanaman broccoli memerlukan curah hujan yang cukup tinggi
(1000-1500 cm /tahun). Tanaman ini tumbuh baik pada
suhu udara antara 13-24 derajat C. Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman
ini antara 80-90%. Stadia pembibitan memerlukan
intensitas cahaya lemah sehingga memerlukan naungan untuk mencegah cahaya
matahari langsung yang membahayakan pertumbuhan bibit. Sedangkan pada stadia pertumbuhan diperlukan intensitas cahaya yang
kuat, sehingga tidak membutuhkan naungan.
2. Media
Tanam/Tanah
Tanah
yang dibutuhkan adalah subur, gembur, kaya bahan organik dan tidak mudah becek
seperti pada tanah lempung berpasir tetapi dapat hidup dengan baik pada tanah
jenis Andosol, Latosol, Regosol, Mediteran dan Aluvial. Kisaran keasaman (pH) yang cocok
adalah 5,5-6,5, pH dibawah 5, pertumbuhan tidak normal
karena kekurangan unsur hara magnesium (Mg), Molybelium (Mo) dan Boron (B).
Kandungan air tanah yang baik adalah kandungan air tersedia, yaitu Pf antara 2,5-4, sehingga memerlukan pengairan yang cukup baik (irigasi
maupun drainase). Kemiringan optimal 0-20%, lebih besar dari
20%, lahan harus dibuat dalam bentuk terasering.
3. Ketinggian
Tempat
Ketinggian
yang cocok untuk bertanam broccoli adalah antara 1000-2000 m dpl. Namun ada
beberapa varietas dapat ditanam pada dataran rendah dengan ketinggian kurang
dari 1000 m dpl.
A. Budidaya
Brokoli
1. Pembibitan
a.
Syarat benih yang
baik sebagai berikut:
·
Benih utuh, artinya tidak luka atau
tidak cacat.
·
Benih harus bebas hama
dan penyakit.
· Benih harus murni, artinya tidak
tercampur biji atau benih lain serta bersih dari kotoran.
·
Benih diambil dari jenis unggul.
·
Mempunyai daya kecambah 80%.
·
Benih yang baik akan
tenggelam bila direndam dalam air.
b. Penyiapan Benih
Penyiapan
benih dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan benih dan meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara penyiapan adalah sebagai berikut:
· Sterilisasi benih, dengan merendam
benih dalam larutan fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau dengan merendam
benih dalam air panas 55 derajat C selama 15-30 menit.
· Penyeleksian benih, dengan merendam
biji dalam air, dimana benih yang baik akan tenggelam.
· Rendam benih selama ± 12 jam atau
sampai benih terlihat pecah agar benih cepat berkecambah.
Kebutuhan
benih per hektar tergantung varietas dan jarak tanam, umumnya dibutuhkan
100-250 gram/ha. Benih harus disemai dan dibumbun sebelum dipindahtanam ke lapangan.
Penyemaian dapat dilakukan di bedengan atau langsung di
bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat dari daun
pisang, kertas makanan berplastik atau polybag kecil.
c.
Teknik
Penyemaian Benih

· Tanah tidak mengandung hama dan penyakit atau faktor-faktor lain yang merugikan.
·
Lokasi mendapat penyinaran cahaya
matahari cukup.
·
Dekat dengan sumber air bersih.
·
Lokasi jauh dari sumber hama dan penyakit.

· Dalam petak semaian; Dilakukan
dengan dua cara yaitu sebar langsung dan penanaman
dengan jarak tanam tertentu (sempit). Keuntungannya adalah hemat waktu,
permukaan petak semaian sempit dan jumlah benih persatuan luas banyak.
Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan benih banyak, penyiangan gulma sukar,
memerlukan tenaga kerja terampil terutama saat pemindahan bibit ke lahan.
· Dengan bumbung (koker atau polybag);
Bumbung dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran diameter
dan tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm.
· Kombinasi cara
1 dan 2; Pertama benih disebar di petak persemain, setelah berumur 4-5 hari
(berdaun 3-4 helai), dipindahkan kedalam bumbung.
· Penanaman langsung, yaitu dengan
menanam benih langsung ke lahan. Kelebihannya adalah waktu, biaya dan tenaga
lebih hemat, tetapi kelemahannya adalah perawatan yang lebih intensif.

Lahan
berbentuk bedeng selebar 110-120 cm, memanjang utara-selatan, tanahnya diolah
sedalam ± 30 cm dan dibersihkan dari segala macam kotoran termasuk bekas-bekas
akar. Lahan digemburkan dan dicampur pupuk kandang (2:1/1:1),
lalu diratakan kembali. Tutup bedengan dengan lembaran plastik setinggi
1,25-1,50 m (Timur) dan 0,80-1,00 m
(Barat). Lahan persemaian dapat
diganti dengan kotak
persemaian, dan
dilakukan
dengan cara sebagai berikut;
·
Buat medium terdiri dari tanah,
pasir dan pupuk kandang (1:1:1).
· Buat kotak persemaian kayu (50-60 cm
x 30-40 cm x 15-20 cm) dan lubangi dasar kotak untuk drainase.
· Masukkan medium kedalam kotak dengan
tebalan 10-15 cm. Bila menyemai dalam bumbung atau polybag, diisi dengan
campuran tanah halus dengan pupuk kandang (2:1) sebanyak 90%.
Di beberapa daerah, media semai
disterilkan dahulu dengan mengkukus media semai pada temperatur 55-1000C selama
30-60 menit atau dengan menyiramkan larutan formalin 4%, ditutup lembar plastik
(24 jam), lalu diangin-anginkan. Cara
lain dengan mencampurkan media semai dengan zat fumigan Basamid-G (40-60
gram/m2) sedalam 10-15 cm, disiram air sampai basah dan ditutup dengan lembaran
plastik (5 hari), lalu plastik dibuka, dan lahan diangin-anginkan (10-15 hari).
Yang harus diperhatikan adalah naungan bedengan. Naungan dapat menggunakan lembaran plastik atau lembaran tembus
cahaya lainnya.
Penyemaian benih:

·
Siram tanah satu hari sebelum
penyemaian.
·
Buat alur-alur penanaman saling
menyilang (5-10 cm).
· Pada titik-titik persilangan atau
tiap bumbung polybag, taburkan benih broccoli (1 benih untuk satu titik) atau
tanam bibit stek.
·
Tutup benih dengan tanah halus
tipis-tipis.
·
Siram dengan gembor yang berlubang
halus.
·
Penyemaian biasanya dilakukan pada
pagi atau sore hari.
d. Pemeliharaan
Penyemaian
· Penyiraman Penyiraman dilakukan
setiap hari pada pagi dan sore hari untuk mencegah terjadinya kekeringan, sehingga
biji broccoli tidak
dapat tumbuh, penyiraman dilakukan dengan menggunakan alat gembor
yang mempunyai lubang halus.
· Mengatur naungan Pada stadia
perkecambahan, broccoli tidak dapat menerima cahaya yang berlebihan, sehingga
diperlukan pengaturan. Persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan
sore mulai pukul 15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari terlalu panas dan
kurang menguntungkan bagi bibit. Selain itu, saat terjadi hujan, naungan harus
ditutup untuk menghindari pukulan air hujan yang dapat merusak bibit.
· Penyiangan Penyiangan dilakukan
terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu
pertumbuhan bibit, dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput atau gulma lainnya
yang tumbuh disela-sela tanaman pokok.
· Pemupukan. Pemberian pupuk susulan
sebagai tambahan yang diberikan setelah bibit disemaikan. Caranya adalah dengan
melarutkan pupuk NPK secukupnya kedalam air siraman tanaman.
· Pencegahan dan pemberantasan
hama-penyakit. Hama yang menyerang
biji yang belum tumbuh dan tanaman muda adalah semut, siput, bekicot, ulat
tritip dan ulat pucuk, molusca dan cendawan. Sedangkan, penyakit adalah
penyakit layu. Pencegahan dan pemberantasan digunakan Insektisida dan fungisida
seperti Furadan 3 G, Antrocol, Dithane, Hostathion dan lain-lain.
e. Pemindahan Bibit
Dilakukan
hanya bila benih disemai di tempat persemaian. Pemindahan ke lahan dilakukan pada usia 1 bulan atau bila bibit telah berdaun 3-4 helai karena
telah mempunyai perakaran yang kuat. Tetapi terkadang pada usia
10-15 hari bibit dipindahkan dahulu ke bumbung (koker), setelah itu dipindahkan
ke lahan. Pemindahan bibit dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
· Sistem cabut, yaitu bibit dan
dicabut dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Bila disemai pada polybag,
pengambilan bibit dilakukan dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit
dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuk-tepuk
perlahan hingga bibit
keluar. Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau daun
kelapa,
bibit dapat ditanam bersama bumbungnya.
· Sistem putaran, caranya tanah
disiram dan bibit dengan diambil beserta tanahnya 2,5-3
cm dari batang dengan kedalaman 5 cm.
2. Pengolahan
Media Tanam
a. Persiapan
Lahan
sebaiknya bukan lahan bekas ditanami tanaman famili Cruciferae lainnya. Dilakukan
pengukuran pH dan analisa tanah tentang kandungan bahan organiknya untuk
mengetahui kecocokan lahan ditanami broccoli.
Pembukaan Lahan

Tanah
digemburkan dan dibalik dengan dicangkul atau dibajak sedalam 40-50 cm,
dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan diberi pupuk dasar. Setelah itu,
dibiarkan terkena sinar matahari selama 1-2 minggu untuk memberi kesempatan
oksidasi gas-gas beracun dan membunuh sumber-sumber patogen.
Pembuatan Bedengan

Bedengan
dibuat dengan arah Timur-Barat, lebar 80-100 cm, tinggi 35 cm dan panjang
tergantung keadaan lahan.
Lebar parit antar bedengan ± 40 cm (parit pembuangan air
(PPA) 60 cm) dengan kedalaman 30 cm (PPA 60 cm).
Pengapuran

Fungsi
untuk menaikkan pH tanah dan mencegah kekurangan unsur hara makro maupun mikro. Dosis pengapuran
bergantung kisaran angka pH - nya, umumnya antara 1-2 ton kapur per hektar.
Jenis kapur yag digunakan antara lain: Captan (calcit)
dan Dolomit.
Pemupukan

Bedengan
siap tanam diberi pupuk dasar yang banyak mengandung unsur Nitrogen dan Kalium,
yaitu Za, Urea, TSP dan KCl masing-masing 250 Kg, serta Borax atau Borate 10-20
Kg per hektar. Pemberian pupuk kandang dilakukan sebanyak 0,5
Kg per tanaman.
3. Teknik Penanaman
a. Penentuan Pola
Tanam
Penentuan pola
tanam tanaman sangat bergantung kesuburan tanah dan varietas tanaman dengan
jarak tanam 50 x 65-70 cm. Pola penanaman ada dua yaitu larikan dan teratur
seperti pola bujur sangkar; pola segi tiga sama sisi;
pola segi empat dan pola barisan (barisan tunggal dan barisan ganda). Pola segi
tiga sama sisi dan bujur sangkar tergolong baik karena
didapatkan jumlah tanaman lebih banyak.
b. Pembuatan Lubang
Tanam
Lubang
tanam dibuat sesuai jarak tanam sedalam cangkul (10 -15 cm) dengan garis tengah
20-25 cm.
c. Cara Penanaman
Waktu
tanam yang baik yaitu pada pagi hari antara pukul 06.00-10.00 atau sore hari
antara pukul 15.00-17.00, karena pengaruh sinar matahari dan temperatur tidak
terlalu tinggi.
·
Pilih bibit yang segar
dan sehat (tidak terserang penyakit ataupun hama).
· Bila bibit disemai pada bumbung daun
pisang atau, ditanam bersama dengan bumbungnya, bila disemai pada polybag
plastik maka dikeluarkan terlebih dahulu dengan cara
membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari
tengah, kemudian polybag ditepuk-tepuk secara perlahan hingga bibit keluar dari
polybag.
· Bila disemai dalam bedengan diambil
dengan solet (sistem putaran), caranya menggambil bibit beserta tanahnya
sekitar 2,5-3 cm dari batang sedalam 5 cm.
· Bibit segera ditanam pada lubang dengan
memberi tanah halus sedikit-demi sedikit dan tekan tanah perlahan agar benih
berdiri tegak.
·
Siram bibit dengan air sampai basah
benar.
4. Pemeliharaan
Tanaman
a. Penjarangan
dan Penyulaman
Penjarangan
hanya dilakukan satu kali, saat penyemaian, yaitu saat berumur 10-15 hari. Bila bibit
disemai pada bumbung maka penjarangan tidak dilakukan. Sedangkan penyulaman hampir tidak dilakukan karena umur tanaman
yang pendek (2-3 bulan).
b. Penyiangan
Penyiangan
dilakukan sebelum pemupukan dan bersamaan dengan penggemburan tanah pada waktu
tanaman berumur 7-10 hari, 20 hari, dan 30-35 hari dengan cara
hati-hati dan tidak terlalu dalam karena dapat merusak sistem perakaran
tanaman. Pada tahap akhir penanaman penyiangan sebaiknya
tidak dilakukan.
c. Pembubunan
Pembubunan
dilakukan bersama penyiangan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran
antar bedengan ke arah bedengan berfungsi untuk menjaga kedalaman parit dan
ketinggian bedeng dan meningkatkan kegemburan tanah.
d. Perempalan
Perempalan
cabang atau tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin untuk menjaga tanaman
induk agar pertumbuhan sesuai harapan, sehingga zat makanan terkonsentrasi pada
pembentukan bunga seoptimal mungkin.
e. Pemupukan
Pemupukan
susulan I dilakukan saat tanaman berumur 7 -10 hari dengan campuran 250 Kg ZA
ditambah 75 Kg Urea ditambah 150 Kg TSP
ditambah 75 Kg KCl (2:1:2:1) per
hektar sebanyak 1 sendok makan per tanaman di sekeliling tanaman sejauh 10-15
cm dari batang, susulan II saat tanaman berumur 20 hari dengan dosis 150 Kg ZA
ditambah 75 Kg Urea ditambah 75 TSP ditambah 150 KCl (2:1:1:2) per hektar
sebanyak 1 sendok makan per tanaman dalam larikan sejauh 20 cm, dan susulan III
dilakukan pada umur 30-35 hari dengan pupuk 150 Kg ZA ditambah 100 Kg Urea
ditambah 150 Kg KCl (2:1,5:2) per hektar sebanyak 1 sendok makan per tanaman
dalam larikan sejauh 25 cm dari batang. Untuk varietas yang berumur lebih
panjang dapat dilakukan satu atau dua kali lagi sesuai dengan usia panennya.
Tanaman
brokoli sangat membutuhkan pupuk N, P dan K untuk pertumbuhannya. Terutama N, jika kekurangan unsur N
maka akan mengakibatkan kehilangan hasil, menunda
kemasakan krop dan menurunkan kualitas.
Tabel
1. Rekomendasi
pupuk untuk Brokoli pada tanah Mineral dengan tingkat kandungan P dan K sedang
(Maynard and hocmuth. 1999)
Umur
|
Urea
|
ZA
|
SP 36
|
KCl
|
Target pH
|
||||||||||||
Kg/ha.musim tanam
|
|||||||||||||||||
Preplant
|
87
|
187
|
311
|
90
|
|||||||||||||
1 MST
|
44
|
93
|
-
|
45
|
6,5
|
||||||||||||
3 MST
|
44
|
93
|
-
|
45
|
|||||||||||||
5 MST
|
44
|
93
|
-
|
45
|
|||||||||||||
Keterangan : MST = Minggu setelah tanam
Untuk
memacu dan meningkatkan hasil bunga, pada akhir masa penanaman dapat
disemprotkan dengan pupuk daun yang mengandung Nitrogen dan Kalium tinggi atau
diutamakan yang mengandung unsur hara mikro.
f. Pengairan
dan Penyiraman
Waktu
pemberian air sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari. Pada musim
kemarau, pengairan perlu dilakukan 1 -2 hari sekali, terutama pada fase awal
pertumbuhan dan pembentukan bunga.
g. Waktu
Penyemprotan Pestisida
Untuk
pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama
menyerang tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan.
Untuk penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini mungkin dengan dosis tepat,
agar hama dapat segera ditanggulangi.
Jenis
dan dosis pestisida yang digunakan dalam menanggulangi hama
sangat beragam tergantung dengan hama yang dikendalikan dan tingkat populasi
hama tersebut, pengendalian secara lebih terinci akan dijelaskan pada poin hama
dan penyakit.
h. Pemeliharaan
lain
Hal-hal
yang penting dalam merawat tanaman adalah: a) Menghindari pelukaan tanaman
karena merupakan salah satu jalan yang efektif dalam penularan penyakit dan
sangat disukai oleh hama. b) Dalam pemupukan, pupuk
tidak boleh mengenai tanaman dan harus selalu diikuti dengan penyiraman.
5. Panen
a.
Ciri dan Umur Panen
Pemanenan
dilakukan bila massa bunga (curd) mencapai ukuran
maksimal dan padat (kompak), tetapi kuncup bunganya belum mekar. Umur panen sangat bergantung dengan varietas atau kultivar yang
ditanam.
b. Cara
Panen
Cara
memanen broccoli adalah sebagai berikut: a) Memotong tangkai bunga bersama
sebagian batangnya dan daun-daunnya sepanjang 25 cm. b) Untuk pemasaran jarak
jauh, dianjurkan untuk menyertakan 6 helai
daun, kemudian ujung daun dipatahkan
untuk menutupi bunga. c) Sedangkan untuk tujuan pemasaran jarak dekat, hanya
disertakan 3 -4 helai daun, dan ujungnya dipotong. d) Hindari kerusakan atau
pelukaan broccoli.
c. Periode Panen
Broccoli merupakan tanaman sekali
panen, sehingga periode panen sama dengan periode
tanam.
d. Prakiran
Produksi
Secara
umum produksi brocolli perhektar adalah 15-40 ton, tetapi produksi brocolli
sangat bergantung pada varietas tanaman dan populasi tanaman per satuan luas
lahan.
Amilah,
Susie. 2012. Jurnal WAHANA Vol. 59 No. 2. “Penggunaan
Media
Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Tanaman Brokoli dan Baby Kailan”. Surabaya :
UNIPA.
Hanum, Chairani. 2008. Teknik
Budidaya Tanaman Jilid 1. Jakarta : Diktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pertiwi, Dewi M..
2008. Analisis Usahatani Sayuran Organik di PT Anugrah
Bumi Persada, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Setiawati, Wiwin dkk. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya
Tanaman Sayuran. Bandung : Balai Penelitian
Tanaman Sayuran.
Susila, A. D. 2006. Panduan
Budidaya Tanaman Sayuran. Bogor : Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.
Wasonowati, Catur. 2009. Jurnal
Agrovigor Vol. 2 No. 1. “ Kajian Saat Pemberian Pupuk
Dasar Nitrogen dan Umur Bibit Pada Tanaman Brokoli (Brassica oleraceae var. Italica Planck)”. Madura
: Fakultas Pertanian Universitas Trunojo.
http://www.materipertanian.com/jenis-tanaman-brokoli/
Terimakasih artikelnya, baru tau ada brokoli romanesco, bentuknya cantik sekali
BalasHapusKLIK ME