Kacang Hijau (Vigna radiata L.)

Kacang hijau memiliki potensi yang
tinggi untuk dikembangkan dimana kacang hijau memiliki kelebihan baik dari segi
budidaya dan ekonomi. Namun menurut data BPS tahun 2014 produktivitas dan
produksi kacang hijau kurun waktu 2011-2013 mengalami tren penurunan.
Produktivitas kacang hijau nasional pada tahun 2013 mencapai 11,24 kuintal/Ha
sedangkan produksi kacang hijau mencapai 20.467 ton. Sesuai data tersebut dapat
diketahui terdapat permasalahan yang menyebabkann rendahnya tingkat produksi
kacang hijau secara kuantitas maupun kualitas.
Kacang Hijau (Vigna radiata L.) adalah anggota family
Fabaceae, kacang-kacangan tropis. Kacang hijau (Vigna radiata L.) memiliki daun trifoliate dengan panjang yang
bervariasi mulai satu sampai lima meter. Biji kacang hijau terutama digunakan
sebagai makanan yang kaya akan lisin dan protein sedangkan bagian batang, daun,
dan kulit kacang hijau dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak (Khan et al., 2012).
Kacang hijau memiliki kelebihan
dibandingkan tanaman pangan lainnya, yaitu: (1) berumur genjah (55-65 hari),
(2) lebih toleran kekeringan dengan kebutuhan air untuk pertumbuhan kacang
hijau relatif kecil, yakni 700-900 mm/tahun. Pada curah hujan yang lebih rendah
dari itu masih dapat tumbuh karena kacang hijau berakar dalam, (3) dapat
ditanam pada lahan yang kurang subur dan penyubur tanah karena bersimbiose
dengan rhizobium dan menghasilkan biomasa banyak (11-12t/ha), (4) mudah
dibudidayakan, (5) hama yang menyerang relatif sedikit, dan (6) harga jual
tinggi dan stabil. Karena kelebihan tersebut kacang hijau dapat dipandang
sebagai komoditas alternatif untuk dikembangkan di lahan kering, khususnya yang
memiliki indeks panen rendah (Kasno, 2007). Tanaman kacang hijau dapat tumbuh
pada kawasan tropis serta berada pada dataran rendah dengan ketinggian antara 5
hingga 700 m diatas permukaan laut. Jika kacang hijau ditanam pada ketinggian 750 m
diatas permukaan laut, maka akan mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan,
umumnya kacang hijau tidak dapat memberikan produksi yang banyak pada
ketinggian diatas 750 m diatas permukaan laut. Tanaman kacang hijau
membutuhkan kelembaban udara sekitar 50% hingga 89 %. Tidak hanya itu,
tanaman kacang hijau membutuhkan kurang lebih 10 jam perharinya untuk dapat
terpapar sinar matahari. (Anonim, 2014).
Produksi kacang hijau
di Indonesia masih rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan domestik. Menurut
Balitkabi Litbang Deptan (2012), budidaya kacang hijau di Indonesia masih
terkendala oleh lahan yang luas dan mahalnya tenaga kerja mengharuskan
melakukan mekanisasi. Dengan mekanisasi, jarak tanam yang umum adalah 90 cm
antar baris dan jarak dalam baris sembarang, yang penting populasi yang ingin
dicapai adalah 20-30 tanaman/m2. Pemupukan tidak banyak
dipermasalahkan karena sudah menggunakan pedoman sesuai kesuburan tanah.
Meskipun potensi hasil dari varietas yang ada dapat mencapai 2,7 t/ha, tetapi
produksi riil yang bisa dicapai 1,2-1,9 t/ha. Berdasarkan pengamatan di
lapangan, pertumbuhan pertanaman bagus, asal dengan teknik budidaya yang baik.
Hasil di Indonesia bisa mencapai 1,7 t/ha dengan umur panen 56-60 hari.
Penelitian untuk peningkatan produksi yang dianggap inovatif adalah menambah
populasi tanaman, dari 2 baris setiap 90 cm menjadi 4 baris setiap 90 cm. Umur
panen 105-115 hari sudah dianggap pendek sehingga breeding kearah umur yang
lebih genjah tidak mendapat perhatian serius.
Kacang hijau (Vigna radiata) dapat ditanam di lahan sawah pada musim kemarau atau
di lahan tegalan pada musim hujan. Dalam budidaya kacang hijau ada beberapa komponen
yang penting dan perlu untuk diperhatikan diantaranya, yaitu:
1.
Benih
2.
Penyiapan lahan
3.
Penanaman
4.
Pemupukan
5.
Pengendalian hama dan penyakit
6.
Pemberian air
7.
Panen dan pasca panen
Komponen tersebut akan
mempengaruhi hasil akhir dari budidaya kacang hijau yang dilakukan. Jika salah
satu komponen ada yang kurang sesuai dapat mengakibatkan penurunan hasil atau
produktivitas lahan yang kurang maksimal. Ditingkat petani, rata-rata
produktivitas baru mencapai 0,9 ton/ha. Dengan teknik budidaya yang tepat
hasilnya dapat mencapai 2 ton/ha. Saat ini tersedia pilihan varietas unggul
kacang hijau yang beragam baik ukuran bijinya (besar atau kecil), dan kulit
biji yang hijau kusam atau mengkilat.
Tahapan budidaya
tanaman kacang hijau yang dapat
dilakukan
1. Benih
Benih
yang digunakan oleh ketiga petani responden merupakan hasil produksi tamanan
pada musim yang sama pada tahun lalu. Petani responden tidak membeli benih
karena dengan alasan harga mahal dan masih tersedianya benih yang mereka punya.
Oleh karena itu para petani responden mendapatkan bibit kacang hijau dari benih
yang mereka punya sendiri kemudian disemaikan sendiri. Ketiga petani responden
dapat menyemaikan benih kacang hijau sendiri sesuai dengan kebutuhan. Perlakuan benih yang dilakukan oleh ketiga responden
memiliki perbedaan antara satu dengan yang
lain. Bapak Tukiman
sering kali membeli
benih atau menggunakan
benih dari hasil
panen tahun lalu, benih
yang didapatkan kemudian
direndam
dalam ember kemudian ditanam dengan cara ditajukan.
Bapak
Agus Nugraha dan Ibu
Supatmi memberikan perlakuan perendaman sebelum benih ditanam
pada lahan, benih direndam didalam air selama ± 12 jam untuk melihat benih yang
baik dan unggul.
Kemudian benih
kacang hijau yang baik hasil dari perlakuan perendaman langsung ditanam di lahan.
Dinas Pertanian Indonesia (2014)
memberikan teknik pemilihan benih yang tepat dengan menggunakan varietas yang paling sesuai dengan agroekosistem setempat.
Selain itu benih yang baik akan mempunyai potensi hasil tinggi, seragam, sehat,
jelas asal usulnya dan disesuaikan permintaan penggunaan seperti masak
serentak, warna biji mengkilap-kusam, ukuran biji kecil-sedang-besar, umur
genjah (< 60 hari) -sedang (60-70 hari), serta toleran penyakit.
Secara spesifik, penggunaan benih bermutu tinggi berdampak pada pertumbuhan
tanaman yang baik dan hasil panen yang tinggi. Syarat benih bermutu adalah (Adisarwanto,
2006):
a.
Murni dan diketahui
nama varietasnya;
b.
Daya tumbuh tinggi
(minimal 80%) dan vigornya baik;
c.
Biji sehat, bernas,
tidak keriput, dipanen pada saat biji telah matang;
d.
Dipanen dari tanaman
yang sehat, tidak terinfeksi penyakit (cendawan, bakteri, dan virus); dan
e.
Benih tidak tercampur
biji tanaman lain atau biji rerumputan.
Benih
dianggap bermutu tinggi jika memiliki daya tumbuh (daya berkecambah) ≥80 %
bergantung pada jenis dan kelas benih) dan nilai kadar air di bawah 13 %
(bergantung pada jenis benih).
2. Penyiapan lahan
Persiapan
lahan yang dilakukan oleh ketiga responden
memiliki kesamaan. Ketiga responden melakukan pembalikan tanah bekas penanaman
padi dengan cara
dicangkul. Pembalikan tersebut bertujuan untuk mengembalikan unsur
organik ke
dalam tanah sehingga
dapat memperbaiki kesuburan
lahan tersebut dan
pada nantinya menjadi
kompos. Selain itu petani juga membersihkan lahan dari sisa tanaman sebelumnya
dan tanaman-tanaman liar. Pembajakan juga dilakukan sedalam 15-20 cm yang
bertujuan untuk menggemburkan tanah sehingga akan lebih mudah untuk proses
penanaman. Lalu dilubang-lubangi sesuai jarak tanam yang digunakan untuk tempat
penanaman benih.
Persiapan lahan
yang dilakukan petani responden sudah sesuai dengan teori. Dinas Pertanian
Indonesia (2014) memberikan rekomendasi berupa pengolahan tanah tidak diperlukan jika kacang hijau ditanam di lahan sawah
bekas tanaman padi, jerami dapat dipakai sebagai mulsa. Mulsa berguna untuk
melembabkan tanah, mengurangi serangan lalat kacang, dan menekan pertumbuhan
gulma. Sisa gulma atau tanaman dibersihkan bersamaan dengan pengolahan tanah.
Namun, pengolahan tanah di lahan kering perlu dioptimalkan.
3.
Penanaman
Penanaman benih
kacang hijau oleh petani dilakukan pada musim kemarau 2 atau di akhir musim
kemarau 1. Bapak
Tukiman melakukan penanaman dengan cara ditajukan
pada tanah, jarak tanam
kurang lebih 40x10cm dan tiap
lubang tanam diberikan 3-4 butir benih kacang hijau.
Bapak Agus dan Ibu Supatmi
menggunakan jarak tanam 20x20cm dan masing
masing lubang diberikan
2-3 benih.
Setelah itu lubang ditutup dengan tanah namun tidak dipadatkan agar benih kacang
hijau lebih mudah berkecambah. Tanah disiram setelah benih ditanam agar
mempercepat proses imbibisi. Dengan jarak tanam 20x20 yang digunakan Pak Agus
dan Bu Supatmi memungkinkan terjadinya kompetisi untuk mendapatkan hara sangat
ketat sehingga memungkinkan untuk menurunkan hasil produksi karena kesediaan
hara bagi tanaman kurang tercukupi.
Menurut Dinas
Pertanian Indonesia (2014), penanaman kacang hijau yang baik adalah ditanam dengan cara ditugal, jarak tanam 40 cm antar-baris, 10-15
cm dalam barisan, 2-3 biji per lubang.
4.
Pemupukan
Pemupukan pada budidaya
tanaman kacang hijau yang dilakukan petani responden yaitu menggunakan pupuk
dari sisa-sisa musim tanam sebelumnya. Selain itu, petani responden juga
menambahkan pupuk kandang sesuai dengan kebutuhan. Ibu Sukatmi menambahkan
pupuk berupa abu, sedangkan Bapak Tukiman dan Bapak Agus tidak menggunakan abu,
meskipun Bapak Agus tahu banyak petani di daerahnya yang mengaplikasikan abu.
Fungsi penambahan abu sendiri adalah, sama fungsinya seperti pupuk yaitu bahan
pembenah tanah supaya tanah dapat meningkat kesuburannya.
Menurut Dinas
Pertanian Indonesia (2014), acuan
pemupukan tanaman kacang hijau pada tipe penggunaan lahan sawah dengan pola
tanam padi-padi-kacang hijau sebagai berikut:
Takaran
pupuk yang diberikan berbeda untuk setiap jenis tanah, sebaiknya diberikan
berdasarkan hasil analisis tanah dan sesuai kebutuhan tanaman. Pada umumnya kacang
hijau yang ditanam setelah padi sawah biasanya tidak banyak memerlukan pupuk
buatan. Penggunaan pupuk hayati seperti bakteri penambat N (Rhizobium)
disesuaikan kebutuhan. Kemudian pemakaian pupuk organik yang terdiri atas bahan
organik sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos (humus), yang telah
mengalami proses pelapukan, berbentuk padat atau cair, abu dapur sangat baik
untuk pupuk dan diberikan sebagai penutup lubang tanam. Pada lahan kering
masam perlu menggunakan kapur pertanian (dolomit atau kalsit).
5. Penyiangan
Petani responden juga melakukan kegiatan
penyiangan. Penyiangan termasuk dalam proses pengelolaan tanaman. Semua petani responden melakukan penyiangan dengan menyesuaikan kondisi lahan pertaniannya.
Cara penyiangan yang baik menurut Yudono (2014) yaitu:
a. Manual
dengan tenaga manusia
b. Mekanis
dengan alat pertanian
c. Khemis
dengan pestisida jenis herbisida
d. Biologis
dengan menggunakan serangga pemakan gulma.
6. Pengendalian hama dan
penyakit
Pengendalian hama
dilakukan dengan manual pada saat penyiangan dapat dipantau pada tanaman
tersebut apakan terdapat OPT yang mengganggu biasanya OPT yang mengganggu
adalah Uret yang berada di akar tanaman.
Pengendalian Hama uret yang dialami oleh Bapak Agus dan Bu Sukatmi tidak
menggunakan pestisida namun secara manual dan pemakaian abu sisa pembakaran dapur.
Menurut beliau dengan menggunakan pestisida akan menurunkan harga jual kacang
hijau dan akan mengganggu kesehatan konsumen karena hasil dari kacang hijau ini
yang dikonsumsi adalah polong. Bapak Tukiman dalam mengendalikan hama dan
penyakit budidaya kacang hijaunya menggunakan pestisida namun jarang dilakukan.
Menurut Dinas Pertanian
Indonesia (2014), pengendalian hama dan penyakit dapat menggunakan prinsip PHT.
PHT adalah Pengendalian Hama Terpadu, di mana prinsip pengaplikasiannya pada kacang hijau adalah:
a.
Identifikasi
jenis dan penghitungan kepadatan populasi hama
b.
Menentukan
tingkat kerusakan tanaman
c.
Taktik dan
teknik pengendalian
-
Mengusahakan
tanaman selalu sehat
-
Pengendalian
hayati
-
Penggunaan
varietas tahan
-
Secara
fisik dan
mekanis
-
Penggunaan
feromon sex
Dan apabila sudah melebihi ambang
batas ekonomi memakai penggunaan pestisida kimia.
7. Pemberian air
Pertanian di Daerah Gunungkidul, khususnya di
Kecataman Gedangsari memiliki sistem pengairan yang mengandalkan air hujan yang
disebut pengairan tadah hujan. Oleh karena itu, ketiga petani reponden tidak
memiliki sistem irigasi lain selain dengan tadah hujan. Penanaman kacang hijau
yang diusahakan para petani responden sengaja ditanam pada musim kemarau 2,
yaitu setelah penanaman padi di musim hujan dan kemarau 1. Tujuan penanaman
kacang hijau dimusim kemarau 2 adalah untuk memanfaatkan kekosongan lahan.
Selain itu dengan menanam kacang hijau maka petani dapat
menghasilkan hijauan untuk pakan ternak. Permasalahan pengairan yang dialami
petani responden terjadi ketika musim kemarau berkepanjangan. Hal ini
mengakibatkan petani tidak bisa menanam kacang hijau karena minimnya
air. Pada umumnya tanaman kacang hijau termasuk tanaman kering yang tidak
membutuhkan air yang cukup banyak. Namun, pada saat tertentu ketika
ketersediaan air tidak mencukupi, kacang hijau akan mengalami cekaman air. Oleh
karena itu dalam usaha budidaya kacang hijau tetap diperlukan air yang cukup
dan pengairan yang baik.
Pengairan untuk usahatani yang baik menurut
Dinas Pertanian Indonesia (2014) sendiri adalah:
a.
Bila
tersedia fasilitas pengairan, dapat dilakukan pengairan 3-4 hari sebelum tanam
dan pada periode kritis kacang hijau terhadap ketersediaan air yaitu saat
menjelang berbunga (umur 25 hari) dan pengisian polong (45-50 hari). Pengairan
diberikan melalui saluran antar bedengan.
b.
Pada
daerah panas dan kering (suhu udara 30–310 C dan kelembaban udara
54–62%) pertanaman perlu diairi dua kali pada umur 21 hari dan 38 hari.
Sedangkan untuk daerah yang tidak terlalu panas dan kering, pengairan cukup
diberikan satu kali pada umur 21 hari atau 38 hari.
c.
Bila
ditanam segera setelah padi sawah yang tanahnya Vertisol (lempung),
pengairan tidak perlu diberikan, karena walaupun lapisan atas tanah ini sangat
keras dan retak-retak (“nelo” bahasa Jawa), namun dibagian bawahnya masih
menyimpan air yang cukup bagi pertanaman kacang hijau sampai panen.
8. Panen dan pasca panen
Pak Tukiman dan Pak Agus memanen
kacang hijaunya setelah berumur 75 hari setelah tanam, sedangkan Bu Supatmi
memanen setelah 3 bulan. Pemanenan yang berbeda ini disebabkan karena jenis
varietas kacang hijau yang ditanam berbeda. Pada umumnya menurut Dinas
Pertanian Indonesia (2014), umur kacang
hijau umumnya 58-85 hari. Pemungutan panen dapat dilakukan ketika sebagian
besar polong telah kering, berwarna hitam atau coklat dan mudah pecah, panen
dilakukan dengan dipetik dan dilakukan pada pagi hari. Polong yang sudah
dipetik kemudian dijemur 2-3 hari setelah kuning masukan kedalam karung dan
dipukul-pukul agar biji terlepas dari polong, dan setelah itu lakukan penapian
untuk memisahkan biji-biji yang rusak. Biji yang sudah bersih kemudian dijemur
sampai kering simpan yaitu kadar air mencapai 8–10%. Setelah itu diberi abu
dapur agar tidak diserang hama bubuk kemudian disimpan dalam wadah kering
tertutup.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto.
2006. Kedelai " Budidaya dengan pemupukan yang efektif dan pengoptimalan
peran bintil akar". Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat
Anonim. 2014. Ciri-ciri dan Habitat
Kacang Hijau. <http://herbarium.untad.ac.id/index.php/12-berita/9-ciri-ciri-dan-habitat-kacang-hijau>.
Anonim. 2014. Cara budidaya
kacang hijau. www.dinpertan.grobogan.go.id
Balitkabi Litbang Deptan. 2012. <http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/kilas-litbang/848-petani-kacang-hijau-indonesia-tidak-kalah-dengan-petani-australia.html
Khan,
M.A., K. Naveed, K. Ali, B. Ahmad, A. Jan. 2012. Impact of mungbean-maize
intercropping on growth and yield of mungbean. Pakistan Journal Weed Science
Research. 18 (2).
Kasno, A. 2007. Kacang Hijau Alternatif yang Menguntungkan
Ditanam di Lahan Kering. <http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/166/pdf/Kacang%20Hijau%20Alternatif%20yang%20Menguntungkan%20Ditanam%20di%20Lahan%20Kering.pdf>.
Artikel kok copy paste
BalasHapus